Volatile

Ayu Fitria
Chapter #2

Satu Cambukan Lainnya

Ashlesha sampai di kediaman Vierlicht saat jam makan malam, sehingga ia tidak menemui siapapun di peternakan yang berada 200 meter dari rumah utama. Ashlesha menuangkan air ke dalam kendi yang biasa di gunakan untuk air minum hewan, menyeka keringat di sekitar dahi kemudian ia menjatuhkan diri pada tumpukan jerami. Air yang di timbanya sudah tidak layak untuk mandi.


Di sini sangat gelap, tidak ada lampu listrik ataupun lampu minyak. Hanya cahaya bulan yang menjadi penerangan utama tempat ini, hanya saja saat ini malam begitu kelam. Awan-awan itu menutupi eksistensi biru bulan, Ashlesha menghela nafas. Dia belum sempat memandikan kuda, baru saja berbaring sejenak. Ashlesha kembali bangun, mengambil sikat dan baskom kayu.


Ashlesha menarik dua tali kekang kuda sekaligus, membawanya keluar kandang guna di mandikan di samping bangunan. Dua kuda dengan warna hitam dan cokelat ini tidak berisik, mereka begitu tenang mengikuti tuntunan Ashlesha saat keluar.


Karena ini musim kemarau, Ashlesha memandikan kuda-kuda ini dengan air penampungan yang berasal dari bekas mandi para majikan. Setidaknya ini cukup bersih di gunakan untuk memandikan dua kuda yang bukan kesayangan Tuan besar Vierlicht.


Saat Ashlesha menyiram bagian punggung kuda, kuda tersebut meringik keras. Tentu saja, itu membuatnya panik. Takut kalau ada pelayan lain yang mendengar suara ringikan kuda tadi, Ashlesha mengelus-elus punggungnya pelan. Menangkan si kuda yang mungkin saja terkejut tiba-tiba di siram air dingin.


"Wow... Wow... Wow... Lihat, siapa yang memandikan kuda saat jam makan malam?" Tanya seseorang, buku kuduk Ashlesha berdiri. Refleks dia berdiri kaku dengan sikat di tangan kiri yang menggantung di udara. Tidak berani menoleh.


"Kalau kau sudah tahu ada seseorang di belakang mu, ada baiknya berbalik. Aku tau kau seorang budak, tapi hei... Di mana sopan santun mu, bocah?"


Ashlesha membalikkan tubuhnya patah-patah, mendapati seorang pria tinggi besar berpakaian serba hitam. Salah satu penjaga rumah utama, Ashlesha tidak mengatakan apapun. Hanya menunduk memainkan sikat untuk memandikan kuda di tangan.


"Kau di panggil Tuan besar."


Seluruh syaraf-syaraf di tubuh Ashlesha menegang, ketakutan yang jelas tergambarkan dari getaran seluruh tubuh kecil itu. Si penjaga berbalik, memerintah Ashlesha untuk mengikutinya.


"BERHENTI DI SANA!" Suara melengking seorang wanita terdengar menusuk telinga, kaki tanpa alas Ashlesha yang baru saja akan menapak serambi rumah besar dan mewah itu menggantung di udara. Itu adalah Nyonya rumah, menatap jijik pada Ashlesha yang berdiri dengan kepala menunduk dalam.


"Lihatlah binatang menjijikkan ini, jauhkan kaki najis mu dari lantai rumah ku." Nyonya rumah menutupi setengah wajahnya menggunakan kipas, mencemooh Ashlesha yang memang sangat lusuh.


Nyonya rumah menutup kipasnya, meminta seorang pelayan di belakangnya mendekat. Pelayan itu memberikan sebuah cambuk di atas nampan, Ashlesha sedikit mengintip. Membelalak terkejut saat jemari lentik Nyonya rumah mengambil cambuk tersebut.


Nyonya rumah menuruni undakan tangga, hingga dia berdiri di anak tangga terakhir tepat di depan Ashlesha. Penjaga yang tadi menuntunnya masih berdiri beberapa kaki di belakangnya. Nyonya rumah mengayunkan cambuk ke udara dalam tempo cepat, sampai-sampai ayunan cambuk itu mengenai pinggang Ashlesha hingga membuatnya jatuh tersungkur. Cambukan itu terdengar begitu keras ketika menyentuh kulit yang di lapisi kain tipis itu. Ashlesha bergeming, tidak bereaksi apapun seakan ia sudah sangat terbiasa menerima ini. Dia juga tidak berteriak ataupun menangis kesakitan, dia sungguh telah terbiasa dengan kondisi ini.


Lihat selengkapnya