"Jovian, siapa yang kamu bawa?" Seorang wanita cantik bertanya lembut pada Jovian, kelereng madu Ashlesha mencari sumber suara menenangkan hati itu.
Seorang wanita dewasa berkulit putih kemerahan berjalan ke arah mereka, rambutnya yang berwarna merah di ikat menjadi segulung bola di belakang kepala. Hidung mancung, bola mata sewarna kristal zamrud dengan alis tebal yang membingkai di atas kelopaknya. Ketika bibir seranum buah ceri itu menarik lengkungan kurva, Ashlesha merasa wanita ini sungguh cantik.
"Ibu, lihat! Siapa yang aku bawa!" Penuh semangat Jovian menunjukkan sosok Ashlesha pada Ibunya yang berjalan mendekati kedua remaja ini.
Vie menanggalkan celemek yang dia pakai, mendekati putra dan seorang anak perempuan yang terlihat sangat menyedihkan. Vie sedikitnya terkejut melihat keadaan Ashlesha, apalagi ketika melihat noda darah di kain sekitar pinggang kecilnya.
"Astaga! Apa kamu terluka?" Tanya Vie khawatir, Ashlesha membatu melihat tatapan wanita cantik ini.
"Tunggu sebentar." Vie berjalan berbalik masuk ke dalam rumah, Jovian menarik lengan Ashlesha lembut.
"Ayo." Ashlesha masih membatu, dia ragu untuk masuk. Terbersit ketakutan yang kentara sekali terlihat di matanya yang kosong, Jovian tersenyum kemudian mengelus puncak kepala Ashlesha lembut.
"Jangan takut, ayo." Bujuk Jovian menuntun Ashlesha masuk ke dalam rumahnya, gadis kecil itu menatap Jovian takut-takut.
"Aku tidak akan menyakitimu." Ucapnya meyakinkan Ashlesha.
Terdengar teriakan panik Vie memanggil nama suaminya, tak lama seorang pria berkumis tipis datang tergopoh-gopoh dalam keadaan berantakan. Dia masih mengenakan piyama tidurnya.
"Siapa yang terluka?" Jovian tertawa melihat kacamata Ayahnya miring, Vie menghampiri Ashlesha yang di tuntun Jovian.
"Gadis ini terluka kamu—OH sayang! Punggungnya sepertinya juga berdarah!" Pekik Vie ketika tak sengaja melihat punggung Ashlesha, pria berkacamata itu terperangah mendengar teriakan sang istri. Bergegas dia menggendong Ashlesha berhati-hati, tidak ingin gerakan yang ia lakukan membuat luka pada gadis kecil ini semakin parah. Lelaki berkacamata itu segera membawanya ke klinik yang berada di samping rumah.
"Ibu, apa Ashlesha akan baik-baik saja?" Tanya Jovian takut, Vie mengelus rambut putranya lembut.
"Ayahmu akan segera mengobatinya, ayo kita lihat."
Saat ini, Ashlesha duduk di atas ranjang pesakitan. Derek sudah mempersiapkan alat-alat untuk mengobati luka gadis kecil ini. Berjongkok di hadapan Ashlesha, Derek menelisik ke dalam pupil cokelat pucat gadis lusuh ini.
"Apa boleh saya membuka pakaianmu?" Tanya Derek, Ashlesha tidak merespon apapun. Mulutnya terkunci rapat, seakan terserah pria ini mau melakukan apa padanya. Dia sudah tidak peduli lagi.
Pintu klinik di banting kasar, suara langkah terburu-buru memasuki ruangan. "Ayah, bagaimana Ashlesha?"
Jovian memperhatikan Ashlesha yang nampaknya belum di obati oleh sang ayah, alis Jovian mengerut tidak suka. Dia mencibir keras, "katanya, ayah akan mengobati Ashlesha!?"
Derek menghela nafas panjang, mendongak menatap sang istri dengan pandangan prihatin. "Aku meminta izin untuk membuka pakaiannya, tapi... Dia tidak merespon apapun."