Tirai tersibak, mengeluarkan seorang ratu yang lain daripada yang lain. Lenyapkan kata anggun, mendayu, juga sopan dari kamus. Perjalanan Crystal Zetaruby selama berabad-abad adalah sebagai ratu petarung.
Akan tetapi, untuk pertama kali dalam hidupnya, dia harus mencoba menerapkan standar ratu sesungguhnya.
Sepatu hak tinggi yang dipakai Ruby goyah, nyaris menjatuhkan tubuh tinggi semapai. Beruntung tungkai kaki Ruby terbiasa siap dari guncangan.
"Astaga! Kau tak apa? Apa kakimu terkilir?" tanya Haris, selalu siap siaga memegangi gadis itu.
"Aman. Semua aman."
"Oh, gaun merahmu sempurna! Lihat bagian belahannya!" Anna mengibas-ngibaskan kain di bagian sisi kanan yang terbagi dua.
"Kaki indahmu terekspos dengan baik! Benar, kan, Haris?"
Mulut menganga Haris terkatup sesaat. "Ah ... ya benar. Kau mau ambil yang ini atau mau coba lain?"
"Tidak usah buang-buang waktu. Bungkus yang ini saja,"
Ruby lantas mengantri. Tersisa satu pembeli lagi. Daun telinganya berkedut saat wanita asik mengobrol. Topik yang cukup menyentil, betapa senangnya mereka menceritakan soal pria di aplikasi kencan.
"Coba saja gunakan foto profil provokatif. Aku berpose pakai baju leher terbuka belum semenit sepuluh pria mengundang ke Loveroom! Beda waktu pertama kali aku memainkan aplikasi itu dan aku memakai baju tertutup, sehari baru satu orang yang mengundang. Algoritma Vousme canggih sekali. Awalnya memang membuatku takut," celoteh si wanita bergaya bob.
Temannya yang memakai kacamata antusias menanggapi. "Apa kau sudah bertemu pria pilihanmu? Seperti apa dia? Apa tampan? Sesuai dengan di foto profil?"
"Sabarlah sebentar. Aku baru bertemu dengannya besok. Dia benar-benar dewasa dan pekerja keras. Pria matang idamanku."
"Siapa namanya?"
"Vata!"
"Pukul berapa kau akan bertemu dia? Di mana?"
"Dia mengajakku ke hotel setelah makan malam." Bicara wanita bob memelan.
"What? Secepat itu? Kau bersedia?"
"Kenapa tidak? Hahaha!"
Gelisah lekas saja mendera. Tumit Ruby sudah berguncang hendak berbalik. Satu hal yang menghalangi. Ruby kesulitan merangkai kata. Bagaimana cara memberitahu wanita itu dirinya bisa mati jika maksa bertemu pria dari aplikasi itu? Mustahil Ruby membeberkan keberadaan makhluk immortal. Sama saja bunuh diri sebab dipastikan satu kota geger. Ujung-ujungnya kaum serigala utara juga terancam berburu dengan tangan kosong.
"Halo? Silakan?" panggil kasir.
Ruby maju selangkah, menyelesaikan transaksi sambil berpikir keras. Sebelum meninggalkan tempat antrian, ia berhenti sejenak.
"Maaf mengganggu, saya tidak sengaja mendengar percakapan tentang Vousme. Banyak yang mengatakan aplikasi itu berbahaya dan memakan korban. Keamanan datanya lemah. Konon penggunanya bisa saja psikopat, perambok, atau orang-orang jahat. Tolong pikirkan ulang."
Si wanita bob meleparkan senyum sinis. "Terima kasih atas perhatianmu. Tapi saya tidak sebodoh itu. Urusi urusan masing-masing saja, ya?"
"Nyonya, saya bicara seperti ini karena saya peduli pada keselamatan Anda!"
"Halo? Siapa yang memangnya yang meminta Anda peduli? Apa Anda ibu saya? Adik saya? Dan kenapa kau memanggilmu Nyonya! Aku tidak setua itu!" geram si wanita bob.
Temannya bertemu pandang dengan kasir yang kebingungan dan memanggut minta maaf. "Elle, cukup. Biarkan saja, cepat bayar bajumu."
"Baiklah-baik! Sebentar!" tampik Elle, menepis tangan temannya di pundak. "Dan satu hal lagi!" Telunjuk Elle berkutat di depan batang hidung Ruby.
"Anda harus belajar tentang istilah 'biarkan rating yang berbicara'. Vousme memiliki rating bintang lima, tak ada celah. Pelayanan mereka terbaik! Mereka menyediakan layanan antar-jemput kencan. Sebenarnya dari mana teori banyaknya korban itu berasal? Apa kau benar-benar sedang membicarakan Vousme? Mungkin Anda salah membaca aplikasi. Periksa ulang dan jangan halangi kesenanganku!" Elle memalingkan muka dan fokus menggesek kartu debit.
Wanita gila! Kurobek pipi dempulmu itu baru tahu rasa!