Ryu memasuki bangunan bercat hijau tersebut. Rumah itu bersih, rapi, dan tertata sangat presisi. Para opsir lalu lalang mengambil foto, barang bukti, dan lain sebagainya. Aroma kasus, aroma yang entahlah tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Aroma yang dirindukan. Ia berusaha keras menutupi kegembiraannya yang membuncah. Rasa antusiasnya sudah memangkas habis keraguan yang sebelumnya sempat singgah. Wood menuntunnya ke sebuah ruangan berukuran 6x6 yang sangat rapi. Di sebuah meja tulis di tengah ruangan terdapat selotip yang direkatkan menyerupai bentuk tubuh manusia. Ryu langsung menyadari, ruangan inilah tepatnya yang menjadi TKP (Tempat Kejadian Perkara), dan di sanalah tadinya jenazah sang Rektor terbaring.
Wood meminta petugas lain yang ada di ruangan tersebut untuk menyingkir, memberikan ruang dan keleluasaan untuk Ryu berkeliling dengan penasaran. Seperti dulu, sebelum insiden itu terjadi, batin Wood. Inspektur itu mengeluarkan buku catatannya, mulai membagi informasi yang telah terkumpul dengan pemuda jenius yang sudah mulai meyisirkan pandangan ke penjuru ruangan.
"Korban bernama Albert Morrison, 52 tahun. Rektor tinggi di salah satu Universitas Negeri. Beliau tinggal sendiri setelah istrinya meninggal dunia. Penyebab kematiannya adalah Kalium Sianida yang terdeteksi dari cupcake yang baru digigitnya dan jari tangan kanan korban. Waktu kematian antara pukul 03.00 PM - 05.00 PM."
Senyum puas tersirat tipis di wajah Wood saat ia melirik sekilas kearah Ryu dan mendapati pemuda itu mengeluarkan notes kecil dan mulai mencatat.
"Kau masih seperti dulu, nak."
Ryu tersindir. Ia tersipu, namun segera di tutupinya dengan berdehem pelan dan terbata.
"Ter ... tersangka nya?"
"Tersangka nya ada 5 orang, termasuk wanita ini."
Entah aura kehadiran wanita paruh baya itu yang terlalu tipis, atau euforia Ryu yang menutupi keberadaannya, yang jelas Ia baru menyadari adanya orang lain di ruangan itu kecuali dirinya dan sang Inspektur.
"Ada 5 orang, termasuk wanita ini. Nyonya Anne, pembantu Tuan Morrison. Dia tidak tinggal di sini dan hanya datang 3x sehari; pukul 08.00 AM, pukul 01.00 PM, dan pukul 05.00 PM untuk membersihkan rumah dan menyiapkan makanan. Dia adalah orang yang menemukan mayat korban. Dia juga yang mengetahui 4 tersangka lain, yang merupakan tamu Tuan Morrison seharian ini, yang saat ini sedang dihubungi tim penyidik.
"Tamu pertama Rindha, mahasiswi bimbingan korban. Bertamu pada pukul 10.00 - 10.30 AM. Tepat setelahnya, tamu kedua datang, Profesor Adelaide. Kemudian Sherly, mantan mahasiswanya, menemui korban pada Pukul 01.00 PM. Yang terakhir, Thomas, yang juga mahasiswanya, datang pada pukul 02.00 PM."
Dengan takzim Ryu menyimak kata demi kata yang dijelaskan Wood, menunggu rincian kronologi yang dibacakannya selesai baru mendongak mengajukan pertanyaan.
"Inspektur, boleh aku bertanya pada Nyonya Anne?"
"Tentu, nak."
"Maaf, Nyonya Anne, para tamu yang Anda ceritakan itu, datang pada saat Anda sedang berada di sini. Apa Anda yakin tidak ada tamu lain selain ke-4 orang tersebut?"
"Saya yakin Pak Detektif. Tuan tidak pernah meninggalkan ruangannya hanya untuk membukakan pintu, sehingga orang-orang yang mengenal beliau selalu membuat janji dan mengunjungi beliau pada jam kerja saya. Terlebih saat hari libur, Beliau sangat jarang keluar kamar. Apalagi fasilitas di kamar ini cukup lengkap termasuk kamar mandi,"
Nyonya Anne mengerling ke pojok kamar, yang membuat Ryu sadar bahwa ada satu ruangan lagi di dalam kamar ini. Ryu memandang Wood meminta pendapat yang dibalas dengan tatapan Wood yang berarti 'sudah diperiksa dan bersih'. Yakin dengan itu, Ia melanjutkan interogasi nya. Mengabaikan gidik geli yang mengusik saat wanita berwajah sendu tersebut memanggilnya Pak Detektif.
"Apakah Anda yang membuat cupcakes ini?"
"Oh bukan, tentu saja. Cupcake itu dibawa oleh nona Sherly."
"Berarti, Sherly yang membubuhkan racunnya!"
"Belum tentu! Apa kau juga menemukan reaksi racun di bekas-bekas cupcake itu, Inspektur?"
"Bekas cupcake? Aku tidak menemukan ... "
Sebelum Wood menyelesaikan kalimat nya, Ryu menunjuk sebuah kardus kecil yang tertutup beberapa buku yang tidak sengaja jatuh. Salah seorang tim penyidik mengambilnya.
"Sepertinya kotak ini bekas tempat cupcake, Inspektur."
"Hei kau, cepat periksa!"
Seorang anggota polisi yang masih cukup muda mengangguk, menerima perintah.
"Lalu, apakah Anda tahu pukul berapa mereka pulang Nyonya Anne?"
"Aku hanya tahu kepulangan nona Rindha dan Nona Sherly. Nona Rindha pulang sekitar pukul 10.30 AM, dan Nona Sherly pulang pada 01.30 PM. Selain itu, aku tak tahu, Pak Detektif."
"Oh ya, bagaimana kau tahu kalau Nona Sherly-lah yang membawa cupcake itu, Nyonya?"
"Nona Sherly menyuruhku mengambil beberapa sebelum dia masuk ke ruangan Tuan, Pak Inspektur."
"Dan kau mengambilnya?"
"Tidak, Pak Inspektur. Tuan sangat menyukai cupcake jadi kupikir lebih baik aku tidak mengambilnya."
Investigasi mereka pada Nyonya Anne terhenti saat seorang Tim Penyidik melapor pada Wood bahwa tersangka yang lain sudah datang.
"Silahkan sebutkan nama, hubungan kalian dengan korban, serta alasan kalian datang menemuinya hari ini."
Seorang opsir polisi yang membawa keempat tersangka ke ruangan itu menganggukkan kepala, memberi tanda kepada mereka, mempersilahkan keempatnya memperkenalkan diri.
"Saya Sherly, mantan mahasiswi beliau. Hari ini saya kemari hanya untuk mengunjunginya."