Hari mulai petang, saat penduduk Mamuhare dihebohkan dengan kabar tentang Raka yang belum kembali dari hutan.
Raka berangkat bersama beberapa orang pemburu, di pagi hari. Lalu saat perburuan dimulai, entah kapan dan bagaimana Raka terpisah dari rombongan. Hal itu sering terjadi, sehingga anggota perburuan yang lain tidak berusaha untuk mencarinya. Mereka yakin Raka pasti kembali dengan sendirinya ke perkampungan. Raka memang sering mengambil jalur-jalur baru, dan selalu pulang tepat waktu dengan buruan yang banyak. Jadi, di saat yang lain kembali tanpa dirinya, tidak ada yang merasa khawatir.
Namun, hari ini ada yang berbeda. Langit mulai gelap, tapi tanda-tanda keberadaan Raka belum juga terlihat. Raka seharusnya sudah kembali. Penduduk Mamuhare mulai cemas, dan menjelang malam beberapa kelompok khusus dibentuk oleh para tetua untuk menyusuri hutan. Mencari keberadaan Raka.
"Sudahlah. Kamu tidak perlu cemas. Mungkin, dia terlalu asik mengejar buruannya, hingga ia terlambat pulang. Raka itu pria yang tangguh. Dia akan baik-baik saja." Aku yang sejak tadi melihat kekhawatiran di wajah Pita, jadi ikut merasa cemas.
"Tidak biasanya ia seperti ini. Raka selalu kembali tepat waktu. Pasti sesuatu yang buruk telah terjadi padanya." Ucap Pita, semakin khawatir.
"Raka itu komandan para petarung di kampung ini. Dia pria yang kuat. Berhentilah berpikiran buruk."
"Tidakkah kamu mengerti? Raka tidak pernah seperti ini!" Bentak Pita.
Aku tersentak mendengar ucapannya. Pita tidak pernah bicara dengan nada setinggi itu padaku. Namun kali ini, ada yang lain dengan dirinya. Sikap Pita, membuatku tidak tau harus berkata apa.
Pita segera menyadari hal itu. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud,,," bersamaan dengan itu, tangisannya pecah. Ia terlihat semakin tertekan. "Aku dan Raka sudah berteman sejak kecil. Aku sangat cemas, Gabriel. Aku tidak mau hal buruk terjadi padanya." Ucapnya sambil berurai airmata.
"Dia akan baik-baik saja." Ucapku penuh keyakinan.
Setiap kelompok pencari terdiri dari 5 orang. 2 orang dari penduduk biasa, 3 orang dari kelompok petarung. Totalnya ada 8 kelompok.
"Semoga mereka bisa menemukan Raka." Bisik Pita, mengiringi keberangkatan 8 kelompok pencari itu.
Aku tidak pernah melihat Pita seperti ini. Pita yang marah, cemas, sedih,,, sikapnya hari ini adalah gambaran dirinya yang berbeda. Melihat dirinya yang kacau seperti itu, membuat hatiku menjadi tidak tenang. Apa yang bisa aku lakukan? Apa yang HARUS aku lakukan?
Waktu bergerak sangat lambat, saat kita menunggu sebuah kepastian. Itulah yang dirasakan olehku, Pita, dan seluruh penduduk Mamuhare. Aku meminta Pita untuk beristirahat, tetapi ia menolaknya dengan tegas. Semua orang terlihat gelisah, menanti kabar tentang Raka.
Hari semakin larut, saat satu per satu dari kelompok pencari kembali. Sayangnya tidak satu pun dari mereka yang membawa kabar tentang Raka. Sejauh penelusuran mereka, tidak ada petunjuk apapun tentang keberadaan Raka. Tidak ada yang tau dimana Raka, dan apa yang terjadi padanya.
Beberapa tetua menduga kalau Raka ditangkap oleh petarung kampung lain. Sementara yang lain, menduga kalau Raka telah dimangsa oleh hewan buas. Tentu saja semua itu hanyalah dugaan yang tidak bisa diyakini kebenarannya. Aku tidak tahan mendengar dugaan-dugaan mengerikan itu. Aku harus melakukan sesuatu. Aku yakin, Raka masih berada di luar sana, menanti pertolongan. Aku yakin itu.
"Aku akan pergi mencari Raka." Putusku.
"Tidak! Kamu tidak boleh pergi!" Ucap Pita, seketika.
"Kenapa?"
"Tidakkah kamu melihatnya? Mereka saja tidak bisa menemukan Raka. Bagaimana bisa kamu menemukan dia?" Tuntut Pita.
"Entahlah. Aku hanya tidak bisa berdiam diri disini, dan menunggu. Aku harus melakukan sesuatu. Walau tidak tau bagaimana caranya, aku akan berusaha keras untuk menemukan Raka. Dia bisa mati di luar sana, bila tidak ditemukan malam ini."
"Kamu juga bisa mati di luar sana!" Jerit Pita.
Aku terdiam. Pita benar. Apa yang bisa dilakukan oleh pria sepertiku di luar sana?
"Kamu tidak boleh pergi!" Ulangnya, penuh ketegasan.