Bumi...
Bumi yang kamu cintai dan Bumi yang aku cintai adalah Bumi yang sama, tetapi memiliki wajah yang berbeda.
Bagaimana Bumiku berputar? Entahlah. Aku pun tidak benar-benar tau. Tapi ada dua pria yang pernah mengisahkanya kepadaku. Paman Droid dan Paman Liel. Mereka adalah bukti dari apa yang ayah yakini tentang umat manusia—bahwa tidak semua manusia menyukai perang. Tidak semua manusia merasa bahwa perang adalah jalan terbaik. Karena di luar sana selalu ada manusia yang lebih mempercayai kata hati daripada insting.
Dalam peperangan umat manusia, di wilayah kaum pria lahirlah seorang anak laki-laki. Anak itu diberi nama Droid. Berbeda dariku yang seharusnya menjemput kematian, ia adalah bayi yang membuat kagum semua orang yang menyaksikan kelahirannya. Droid yang terlahir dengan postur tinggi besar, sejak awal telah dimasukkan ke dalam kategori kelompok militer. Bagi kaum pria, bayi seperti Droid adalah aset yang sangat berharga. Mereka yakin Droid akan tumbuh menjadi pria yang kuat dan hebat.
Sayangnya di tahun-tahun pertumbuhannya, pria yang diyakini sebagai salah satu aset terbaik itu justru menunjukkan perilaku yang berlawanan. Droid tumbuh sebagai anak yang lemah dan cengeng. Ketika beranjak remaja, sifat itu terus melekat pada dirinya. Para pengawas mulai memasukkan Droid dalam daftar anak-anak yang harus dimusnahkan.
Di usia remaja, anak-anak kaum pria mulai digolongkan ke dalam 3 kategori. Kategori 1, diisi oleh anak-anak yang kuat dan memiliki fisik yang tangguh. Mereka akan dilatih oleh para anggota militer dan kelak akan ditugaskan untuk berperang. Kategori 2, diisi oleh anak-anak yang jenius. Mereka akan ditempatkan di laboratorium dan dibimbing oleh para ilmuwan senior. Mereka harus mampu menciptakan berbagai alat untuk menyokong pemerintahan dan membantu dalam perang. Yang terakhir, kategori 3. Kelompok ini diisi oleh anak-anak yang lemah. Mereka tidak kuat, juga tidak pintar. Anak-anak ini kelak akan dibakar hidup-hidup di hadapan teman-temannya. Mereka adalah contoh bagi yang lain bahwa pria lemah dan bodoh tidak pantas untuk hidup. Oleh karena itu, setiap anak harus berjuang menjadi yang terbaik—melawan kelemahannya.
Droid tidak bodoh. Hanya saja, nilai ujian kepandaiannya tidak mencukupi standar untuk masuk ke dalam kategori 2. Sementara saat menjalani ujian militer, ia pun dianggap terlalu lemah untuk masuk ke kategori 1. Kehidupan terasa tidak berpihak padanya dan membuat hidupnya seakan berada di ujung tanduk.
Sebuah perubahan besar terjadi dalam hidup Droid tepat di suatu hari eksekusi. Saat itu usianya 11 tahun. Di hari itu, salah satu dewan pimpinan tertinggi sedang melakukan kunjungan. Ia hendak menyaksikan secara langsung proses pemusnahan anak-anak yang berada dalam kategori 3. Satu di antara sepuluh anak itu adalah sahabat Droid. Remaja yang selalu ada dan menjadi teman terbaiknya di masa-masa yang sulit. Mereka tinggal satu kamar dan selama ini selalu membantu satu sama lain.
Karena masuk dalam daftar sepuluh anak terlemah dalam kategori 3, sahabat Droid harus menjalani eksekusi pada hari itu. Saat api menjalari tubuhnya, sahabat Droid mulai menjerit meminta pertolongan dan pengampunan. Jeritan itu menggema di setiap sudut—menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Air mata membanjiri wajah Droid tanpa mampu ia bendung. Rasa sakit yang teramat sangat menyiksa batinnya, membuat jantung Droid berdegup dengan sangat kencang.
'Kau harus hidup, Droid. Berusahalah. Jangan sesali apa yang terjadi padaku. Tetaplah berusaha. Hiduplah dengan baik, teman.'