Wajah Bumi

SavieL
Chapter #21

.: Pengakuan :.

"Seperti itulah Bumiku..."

Pasti sulit bagi Pita untuk menerima semua yang aku kisahkan. Ia menatapku, tidak berdaya.

"Di dimensi ini aku belajar bahwa seorang wanita mengenal arti cinta dari seorang ayah. Karena dalam pelukan seorang ayah, ia menemukan kehangatan dan rasa aman." Aku membelai lembut pipi Pita. "Dan dalam diri seorang ibu, tersimpan hati yang besar. Hati yang selalu bisa memaafkan, sebesar apapun sebuah kesalahan. Ia mampu mencintai tanpa batas, dan tanpa syarat apapun." Aku menghembuskan napas dalam-dalam. "Sayangnya, hati seperti itu tidak akan kamu temukan di dimensiku. Sekarang, ikutlah denganku."

Aku mengajak Pita ke tempat dimana aku menyembunyikan kapsul waktu.

"Ini adalah satu-satunya alat teleportasi waktu yang pernah diciptakan oleh manusia. Bahkan di era secanggih tahun 2345, tidak ada catatan apapun tentang penemuan mesin seperti ini sebelumnya." Aku membuka penutup kapsul. "Mendiang ayahku yang menciptakan formulanya. Semua yang berhubungan dengan mesin waktu ini tersimpan dalam catatan pribadinya, yang kini ia wariskan untukku."

"Jadi, kamu sungguh berasal dari masa depan?"

Aku mengangguk.

"Ceritakan tentang dimensimu."

"Baiklah. Teknologi di dimensiku berkembang dengan sangat pesat, hampir dalam setiap aspek kehidupan. Tidak ada yang namanya kemarau panjang, karena para ilmuwan bisa menciptakan hujan buatan. Namun, yang paling berkembang pesat adalah robot. Robot berperan penting dalam kehidupan kami, khususnya dalam urusan yang membuat kami harus keluar dari tempat peristirahatan kami. Para robot telah dirancang khusus untuk menghadapi lingkungan perang. Seandainya pun terjadi kerusakan, itu bukan masalah besar karena kami masih bisa membuat jutaan robot lainnya."

"Mengapa kalian tidak berperang menggunakan robot?"

"Kami menggunakan robot—tentu saja, sebagai pertahanan terdepan. Namun, robot tidaklah sehebat manusia. Selain itu, para robot memiliki potensi untuk dimanipulasi oleh musuh. Kami tidak terlalu bergantung pada robot untuk urusan perang. Mereka sangat rentan, dan bisa jadi merepotkan." Jelasku. "Waktu kami lebih banyak dihabiskan untuk perang. Tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak penting seperti memasak ataupun mencuci."

"Pantas pakaianmu sangat aneh." Ucap Pita.

Aku memutar kedua bola mataku. "Berhentilah mengolokku. Tidakkah kamu merasa bosan? Lagipula, sekarang pakaianku sudah sama sepertimu." Protesku.

Pita tertawa pelan.

"Ini makanan kami." Aku mengambil botol formula makanan dalam kapsul waktu.

Pita menatap botol kecil itu. "Bagaimana bisa kamu menyebut ini sebagai makanan?"

"Tunggu dan rasakan." Aku mengeluarkan air bersih yang telah kusiapkan diam-diam beberapa hari terakhir ini, untuk bekalku pulang. Menuangnya ke dalam gelas plastik, lalu meneteskan cairan dari botol kecil itu. "Semoga kamu sedang merasa lapar." Aku menyerahkan gelas itu pada Pita.

Lihat selengkapnya