Seolah mendapat energi baru, aku mulai menyusun rencana untuk menghentikan final war. Untuk saat ini tujuanku hanya satu. Aku harus menggagalkan pelepasan bom nuklir itu.
Hari masih gelap dan ilmuwan lain masih terlelap, saat aku—setelah berhari-hari mengurung diri—keluar dari kamar dan mengumpulkan semua orang. Perubahan sikapku membuat semua yang berada di markas rahasia kebingungan. Namun, mereka tetap merasa antusias karena aku yang mereka kenal telah kembali.
"Perjalanan waktu itu berhasil." Aku memulai. "Jika di dimensi ini aku pergi selama 3 bulan, maka di sana aku telah menghabiskan waktu selama 10 bulan."
Para ilmuwan terkejut mendengarnya. Namun, tidak ada yang mengatakan apa-apa.
"Aku tidak tau mengapa hal itu terjadi. Ada banyak hal yang tidak bisa dijelaskan tentang perjalanan waktu. Kita tidak bisa memilih kemana tujuan kita. Kita pun tidak tau seberapa besar selisih waktu yang sudah kita habiskan saat melakukan perjalanan waktu. Selain itu, saat perjalanan ini dimulai aku berada dalam kapsul waktu berhari-hari. Sementara saat aku kembali ke dimensi ini, aku hanya menghabiskan waktu beberapa jam saja." Aku menarik napas dalam-dalam. Aku telah tiba di bagian paling sulit dari kisah ini. Saatnya bagiku untuk membicarakan tentang perjalanan itu.
Para ilmuwan menatapku—menanti, tidak seorangpun yang berbicara atau menanggapi.
"Dalam perjalanan itu, aku mendarat di tahun 2012."
Terdengar desahan kaget, kagum, dan semangat yang bercampur menjadi satu.
"Di sana aku melihat semuanya, merasakan semuanya. Semua yang ditulis oleh sejarah. Semua yang selama ini ayah yakini sebagai peradaban manusia yang sesungguhnya. Semua itu nyata, sungguh terjadi." Aku menghubungkan gelang yang selalu menempel di tanganku dengan proyektor dan memutar beberapa rekaman perjalananku, menunjukkan beberapa foto dan kejadian. Layar besar di markas rahasia memutar kembali moment-moment indah itu. Semua terasa seperti mimpi bagiku.
Para ilmuwan menatap tidak berkedip. Wajah mereka menyiratkan ketidak-percayaan.
"Mampukah kita membuat puluhan kapsul waktu dengan sisa waktu yang kita miliki?" Paman Droid adalah orang pertama yang bicara saat aku selesai memutar rekaman itu. "Perjalanan ini akan menyelamatkan Bumi dan peradaban manusia."
Ilmuwan lain mulai bergumam pelan—setuju pada pemikiran itu.
"Rasanya itu akan sulit, paman." Ucapku, mengakhiri gumaman-gumaman itu. "Membuat satu kapsul waktu membutuhkan waktu yang sangat lama dengan jumlah tenaga yang cukup banyak. Selain itu, kita harus meyakinkan para petinggi terlebih dahulu agar mereka mau melakukan perjalanan itu. Kita tidak punya banyak waktu." Ucapku, penuh keyakinan. "Kalaupun kita berhasil meyakinkan kaum pria, lalu bagaimana dengan kaum wanita? Tidak ada yang bisa kita kirim untuk menjelaskan semua ini kepada mereka. Pada akhirnya, bom nuklir itu akan tetap diluncurkan."