Wajah Bumi

SavieL
Chapter #25

.: Misi :.

Karena tidak banyak lokasi dengan kondisi tanah yang sesuai dengan harapan, maka saat kami berhasil menemukannya mau tidak mau—sesulit apapun medan yang harus ditempuh, tetap kami lewati.

Berkat paman Droid, kami berhasil mendapatkan beberapa alat angkut yang berbentuk seperti gerobak. Walau bentuknya menyerupai gerobak yang sering digunakan oleh penduduk Mamuhare, tapi benda ini sangatlah canggih karena digerakan dengan sistem robotik. Gerobak ini pun dapat digunakan sebagai alat transportasi. Menuju final war, benda semacam ini banyak dijumpai di jalan-jalan. Pemerintah sangat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan bom nuklir yang dimaksud.

Sebelum memulai perjalanan, aku membuat salinan peta menuju lokasi baru kami secara manual. Ada beberapa titik penjagaan yang harus kami lewati, maka keberadaan peta digital akan lebih mudah terdeteksi. Kami harus meminimalisasi resiko sekecil apapun.

Berbeda dengan yang lain, aku memiliki ketrampilan membaca peta manual berkat perjalanan waktu yang kulakukan. Keterampilan itu kuajarkan pada tim Bravo, agar mereka bisa melaksanakan tugasnya dengan mudah.

Ada 4 titik penjagaan yang harus kami lewati. Namun kesempatan yang kami punya cukup besar, mengingat perjalanan itu dilakukan di malam hari dan semua orang tengah sibuk mempersiapkan final war. Kami bisa berbaur dengan mudah. Keuntungan lainnya, saat malam hari fokus dan konsentrasi para penjaga jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan siang hari. Artinya, selama kami tidak terlalu menarik perhatian, maka kami bisa melakukan perjalanan itu dengan lancar.

Aku dan tim Alpha, adalah kelompok pertama yang berangkat menuju lokasi baru itu. Kami memulai perjalanan saat malam sudah sangat larut, ditemani paman Droid yang menyamar menggunakan pakaian militer.

Perjalanan yang kami tempuh tidak sulit. Kami hanya perlu berjalan menjauhi cahaya, dan bersikap sewajarnya jika ada penjaga yang melihat. Agar lebih tenang, kami mematikan alat komunikasi selama berada dalam perjalanan.

Seolah takdir berpihak pada kami, kami berhasil melewati ke-empat pos penjagaan itu dengan mudah. Namun masalah muncul saat kami tiba di ujung perbatasan. Di luar dugaan, ternyata pasukan militer telah menambah satu pos terakhir di sana. Pos yang menjaga sebuah portal besar menuju area yang sedang kami tuju. Portal itu merupakan pemisah antara wilayah kaum pria dengan dunia antah berantah di luar sana.

"Berhenti!" Seorang prajurit yang sedang berjaga mengarahkan senjata ke arah kami.

Jantungku berdegup sangat kencang. Apakah keberuntungan kami telah berakhir? Rombongan kami pun berhenti.

"Mau kemana kalian?" Tanyanya.

"Kami harus pergi untuk mencari area pertambangan baru. Saya membawa para ilmuwan agar mereka bisa memeriksa apakah ada material yang bisa digunakan di luar sana. Bom nuklir yang sedang dikerjakan saat ini membutuhkan lebih banyak material." Paman Droid menjelaskan, dengan nada yang sangat meyakinkan.

Aku takjub melihat betapa tenang dan percaya dirinya ia.

Prajurit itu menatap paman Droid lekat-lekat. "Tapi ini perbatasan terakhir yang boleh dilalui. Apa kamu yakin ingin pergi ke sana? Tidak ada seorang manusia pun yang melewati perbatasan ini selama 100 tahun."

"Kami harus mencari kemanapun, demi memperoleh material yang baik. Ini demi kemenangan kaum pria." Tegasnya.

Prajurit itu menatap kami satu per satu. Lalu ia melihat bibit stek yang kami bawa. Aku telah berusaha keras menjaga agar bibit-bibit tersebut tidak layu, dengan memanfaatkan teknologi tercanggih yang kami miliki.

"Apa itu?" Tanya si prajurit, melihat lebih dekat.

Aku melirik paman Droid. Prajurit itu tidak boleh menyentuh bibit-bibit bunga. Apa yang harus kami lakukan?

"Ada apa ini?" Tiba-tiba terdengar suara berat dan dalam dari arah belakang si prajurit.

Napasku tercekat. Astaga, masalah baru. Tamatlah riwayat kami.

Prajurit itu menoleh, mendapati komandannya tengah menatap langsung padanya. Ia memberi hormat.

"Lapor pak, saya sedang memeriksa kelompok ini. Mereka terlihat mencurigakan dan mereka berniat untuk berjalan lebih jauh ke arah barat." Prajurit itu menyampaikan laporannya.

"Bodoh kamu!" Bentak sang komandan. "Apa kamu tidak tau? Mereka adalah pasukan khusus yang dibentuk dalam misi pembuatan bom nuklir?"

Kalimat itu mengejutkanku. Apa yang terjadi?

"Maaf pak." Prajurit itu terlihat kaget bercampur takut.

Lihat selengkapnya