Jika mencintaimu memberiku keberanian untuk menghadapi dunia, maka dicintai olehmu memberiku kekuatan untuk bertahan...
Tepat ketika 8 kapal terbang raksasa tiba di titik-titik yang telah ditentukan, sistem broadcasting kaum pria maupun kaum wanita diambil-alih oleh tim Alpha.
Aku masuk ke dalam tendaku, di sana terdapat kapsul waktu dan formula kapsul waktu yang ayah tinggalkan untukku. Aku telah memasang kamera dan menghubungkannya dengan ruang kontrol. Paman Droid dan tim Bravo, serta paman Rash dan pasukan militernya berjaga di depan tenda. Memastikan tidak ada yang masuk ke dalam sana hingga misi kami tuntas.
Wajahku serentak menghiasi setiap monitor maupun layar yang ada di setiap sudut—baik di wilayah kaum pria maupun wilayah kaum wanita. Untuk sesaat, kejadian itu menciptakan kepanikan pada kedua kaum.
Aku menarik napas dalam-dalam, lalu menatap kamera. "Apa yang kalian tau tentang Bumi?" Aku memulai. "Apa yang kalian tau tentang hujan, tentang bunga, tentang tawa, tentang airmata, tentang harapan, dan tentang cinta? Di saat kalian sibuk menumbuhkan rasa benci dan keinginan untuk saling melenyapkan. Dapatkah kalian mempercayai bahwa ratusan tahun yang lalu, Bumi adalah tempat yang sangat indah dan damai?
"Beberapa bulan yang lalu, berkat kapsul waktu yang diciptakan oleh profesor Garry Gardin—mendiang ayahku—aku telah melakukan perjalanan waktu untuk membuktikan semua itu. Semua yang selama ini dianggap sebagai mitos oleh umat manusia...
"Ratusan tahun yang lalu, pria dan wanita tidak hidup dalam kebencian. Mereka tidak saling berperang seperti yang saat ini kita lakukan. Mereka tidak saling menghancurkan. Mereka tidak hidup terpisah seperti saat ini. Terkadang pria dan wanita bertengkar mengenai hal kecil. Namun, mereka selalu menemukan cara untuk berdamai karena pada dasarnya mereka saling membutuhkan. Yang kita lakukan saat ini, salah! Tidakkah kalian merasa lelah?
"Apa yang kalian tau tentang Bumi? Bumi yang selama ini harus menahan penderitaan karena melihat umat manusia saling menghancurkan. Aku akan memberitahu kalian, bagaimana wajah Bumi yang sesungguhnya."
Aku berusaha meredam rasa sakit yang muncul dalam hatiku. Rasa sakit yang selalu datang saat aku melihat kenangan di tahun 2012, atau ketika aku memikirkan Mamuhare, Raka, dan terlebih lagi saat aku teringat pada wanita yang telah mencuri hatiku, Roro Agung Puspita.
Semesta pastilah memiliki alasan saat ia mempertemukanku dengan Pita, meski pada akhirnya kami tidak ditakdirkan untuk bersama.
Aku menarik napas dalam-dalam—sekali lagi, lalu memutar rekaman digital yang telah kurangkai bersama kumpulan-kumpulan foto yang kuambil saat berada di sana. Dimulai dengan aku yang masuk ke dalam kapsul waktu, lalu pertemuan pertamaku dengan Roro Agung Puspita—yang kemudian menyelamatkan nyawaku di hutan. Disusul dengan kedatanganku di kampung Mamuhare, dan bagaimana gambaran pria-wanita yang hidup bersama di sana. Bagaimana mereka bersama-sama membesarkan anak, tertawa dan bergurau, serta berpesta di malam-malam yang menyenangkan.
Aku juga memasukkan musim kemarau panjang dan hujan. Memberi gambaran tentang berlayar, berkebun, hingga berburu. Lalu semua gambaran tentang Bumi itu kututup dengan sebuah rekaman khusus. Rekaman inilah yang saat itu memberiku harapan untuk bangkit kembali dari kesedihan.
Sebuah rekaman yang dibuat oleh Roro Agung Puspita, tepat di malam sebelum aku kembali ke tahun 2345. Rekaman yang tidak kuketahui sebelumnya.