Suara riuh gemuruh memenuhi stadion sebuah universitas swasta terkenal di Cirebon.
Panasnya udara di Kota Cirebon tak menurunkan semangat para mahasiswa yang sedang menonton pagelaran seni yang diadakan di kampus mereka.
Suara teriakan penyemangat mereka untuk teman-teman yang tampil di panggung, menggema di seluruh penjuru gedung.
Sementara dibalik panggung, terdapat dua mahasiswi cantik dengan kostum baju pendek dan celana sepertiga berwarna merah dan emas.
Lengkap menggunakan atribut penari. Dari kostum yang digunakan, mereka terlihat akan membawakan tari topeng. Sebuah tarian khas Kesultanan Cirebon.
Baju dan atribut yang mereka kenakan semuanya seragam. Mulai dari kupluk, mahkota, anting, mongkron, selendang, ikat pinggang berwarna emas, sampur, serta gelang tangan dan kaki.
Mereka begitu cantik dan terlihat sangat bersemangat menunggu giliran tampil.
Sampai tiba-tiba salah satu dari mereka berteriak.
"Ya ampun, aku lupa di mana topengku" Nadia, gadis dengan rambut pendek terlihat cemas.
"Tadi kamu simpen di mana waktu kita ganti baju?" Sonya, gadis berambut panjang balik bertanya.
"Ah, aku harus cari ke toilet," jawab Nadia.
"Tunggu, biar aku saja. Nih, pake dulu topeng punyaku." Sonya berlari sambil memberikan topeng kepada Nadia.
***
Di toilet, Sonya bertemu dengan Pak Bagus, seorang petugas laboratorium di kampus mereka.
Ia terkejut, karena benda yang ia cari ada di tangan Pak Bagus.
Tak mau membuang waktu, ia langsung mendekati dan menyapa Pak Bagus.
"Pak, maaf itu properti topeng dapat dari mana?"
"Oh, ini baru saya mau antarkan ke gedung. Punyamu toh?"
"Bukan, Pak. Punya teman saya. Terima kasih banyak, Pak. Biar saya yang bawa, sebentar lagi kami mau tampil."
"Oh, iya silahkan." Pak Bagus memberikan bungkusan kain berisi topeng itu kepada Sonya.
Diperhatikannya punggung gadis itu sampai menjauh samb tersenyum tipis.
***
Sementara, dibalik panggung, Nadia menunggu gelisah Sonya yang belum kembali.
"Baik, kita sambut penampilan selanjutnya. Tari Topeng Kelana yang akan dibawakan oleh penari kebanggaan kita Sonya dan Nadia."
Suara pembawa acara menggelar memanggil nama mereka berdua.
Nadia semakin gelisah, karena pembawa acara sudah memanggil nama mereka berulang-ulang.
Beberapa saat kemudian akhirnya Sonya kembali sambil mengacungkan kain sampur bercorak batik berwarna merah yang di dalamnya terdapat topeng.
"Ada nih, tadi aku lihat Pak Bagus sedang pegang ini. Aku minta, dan cepat lari ke sini. Untung aku yang ambil, kalau kamu bakal lama. Secara larimu kayak siput. Hahaha."
"Iya, deh. Yuk siap-siap bentar lagi giliran kita. Mana punyaku?"
"Sudah pakai punyaku saja, kita udah dipanggil tuh."