Tubuhku terjengkang ke belakang saking syoknya. Aku berusaha mengendalikan tubuh ini, lalu lari tunggang langgang. Kedua kakiku menuruni anak tangga dengan cepat. Beberapa kali bunyi ketukan itu bertambah keras hingga memompa adrenalin.
Akhirnya perlahan suara tersebut tertinggal di belakangku. Menginjak lantai dua, tiba-tiba kakiku lemas bagai tak bertulang. Aku terhuyung. Tanganku kemudian lekas menyambar railing tangga agar tubuhku tak rubuh ke lantai. Energiku entah melayang pergi ke mana.
Mula-mula derap langkah cepat mendatangiku. Mbak Nana langsung berjongkok dan menatapku cemas. Shasha pun menghampiriku, tetapi memilih tetap berdiri sambil bersedekap menyaksikan.
“Mid, kenapa, Mid?” Mbak Nana mengguncang badanku.
Aku hanya melenguh singkat. Kusadari seluruh tubuhku jadi panas-dingin.
“Itu, Mbak─pintu. Ada suara ketukan dari dalam, Mbak. Sumpah, aku nggak bohong!” sahutku tergagap. Dadaku naik turun.
“Ya Allah …. tapi ndak kamu buka to, Mid?”
Cepat-cepat aku menggeleng. Aku berusaha mendapatkan napasku kembali. “Nggak lah, Mbak. Aku nggak berani, langsung lari.”
Aku mendengar ada decakan halus. Sempat kulihat Shasha menekuk bibir dan memutar bola matanya. Ada apa dengannya? Apa aku barusan mengucapkan sesuatu yang salah?
Tunggu, bukannya Shasha masih sakit?
“Hooh, bagus, Mid. Apa pun yang terjadi, ojo sampe bukane pintu yo.” Mbak Nana mengusap bahuku lembut. Aku mengangguk, tetapi masih kepikiran.
“Halah lebay! Berkali-kali aku tugas di sana juga nggak ada apa-apa. Caper itu, Mbak Na!” Kini Shasha menimpali.
Jujur, aku cukup tersinggung. Padahal aku tak pernah membuat masalah dengannya. Mentang-mentang cantik, masa seenaknya begitu sama orang lain? Tapi, setelah kupikir-pikir, Shasha hanya berbuat demikian padaku. Kalau menghadapi senior lainnya, ia bagaikan anak manis yang perlu diperhatikan tiap saat. Mendadak aku jadi geli dengan sikapnya yang caper itu!
“Sha, ojo gitu to! Lagian dirimu kan sik berapa hari juga di sini. Mung selisih tiga hari kalian itu.” Aku lega, untung Mbak Nana bersikap adil. Untung masih ada juga yang percaya perkataanku.