Wajah Lain di Lukisan Rumah Majikanku

Bella Paring Gusti
Chapter #7

Bab 7

Padahal aku tidak pernah menandatangani perjanjian atau kontrak apa pun. Aku hanya menyetorkan beberapa data diri yang diminta oleh si pemilik rumah ini. Waktu itu, seingatku, aku cuma─eh, tunggu dulu!


Jangan-jangan rambutku yang dipotong Bu Retno ….


Ben wong ndek omah iki nggak oleh metu. Ojo sampe awakmu ngelewati pintu iku.” Sambil bersedekap, Bu Retno mengedikkan dagu menunjuk pintu keluar.


(Setiap orang di rumah ini nggak boleh keluar. Jangan sampai kamu melewati pintu itu.)


“Kenapa, Bu?”


Mengko awakmu bakal ngerti dhewe opo akibate. Aku nggak guyon. Saiki cepet balik kerjo!”


(Nanti kamu bakal ngerti sendiri apa akibatnya. Aku nggak bercanda. Sekarang cepet balik kerja!)


Aku menghela napas berat. Dadaku kini sesak karena tangisku memaksa menggelegak keluar. Aku berbalik badan sembari menekan rasa sedih dan kecewaku sekuat mungkin. Aku tak bisa menunjukkan kecengenganku meski aku benar-benar semakin takut sekarang.


Ya Allah, kerinduan akan rumah di kampung jadi kian merambati hati ini.


Menuju tangga, aku melewati area dapur yang berada di belakang letaknya. Saat itulah kudengar seseorang memanggilku menggunakan desisan pelan.


“Ssst, Mida, sini!”


Aku mengerjap cepat. Mbak Nana melambaikan tangan padaku. Aku terpaksa menuntun sepasang kakiku ke sana. Kulirik singkat Suci sedang memunggungi dan berkutat pada bahan makanan di dapur, sementara itu Sasha tengah memperbaiki rambutnya sambil bercermin. Di dahinya masih tertempel plester kompres penurun panas. Loh, Mbak Nana dan Shasha kok bisa ada di lantai satu?


“Kenapa mau berhenti, Mid?” tanya Mbak Nana mula-mula.


“Lo, Mbak kok tahu? Mbak nguping?”


Mbak Nana menanggapiku dengan tertawa lirih, lantas mengayunkan sebelah tangannya. “Heleh, ndak, Mid. Aku cuma kebetulan di sini kok. Hmm, nah, bantu-bantu Suci masak. Iyo, to, Ci?”


Suci hanya berpaling singkat, tanpa mengangguk atau mengiyakan. Kemudian tangan perempuan pemilik potongan rambut pendek tersebut kembali sibuk di atas dapur. Aku jadi curiga. Pasti mereka kepo kenapa aku sampai bisa berbincang dengan Bu Retno tadi.


“Kenapa, Mid? Kamu ndak kerasan to?” kejar Mbak Nana.


Buru-buru aku menggelengkan kepala. “Bukan, Mbak. Nggak gitu. Aku cuma … cuma mendadak kangen rumah,” dustaku.

Lihat selengkapnya