Wajah Nusantara

Miftah Darrussalam
Chapter #17

Menuju Titik 0 Km Sabang

Sesekali kita harus menoleh ke Barat, karena Indonesia terdiri dari barat, tengah dan timur!

“Aceh sudah aman, tak ada pereman di Aceh”, begitulah kira-kira bunyi pesan singkat yang saya terima dari kawan saya nan jauh di mato. Sebelum melakukan perjalanan ke suatu daerah selain membaca literatur saya juga biasa menghubungi beberapa kawan di daerah untuk mencari informasi tentang daerah tersebut. Saya harus banyak bertanya kali ini karena perjalanan kali ini saya tempuh seorang diri. “Kasihan ya gak ada temannya”, biarlah yang penting jalan-jalan! tujuan saya kali ini adalah ke titik 0 Km Indonesia. Ada yang tau di mana itu? Yupzzz! betul di Aceh lebih tepatnya di pulau Sabang.

Perjalanan saya dimulai dari Bandara Soetta lalu transit di KNO nama lain dari Kualanamu tidak lama transit lalu cusss kembali dan tibalah saya di Bandara Sultan Iskandar muda. Rasa senang bercampur bingung setelah sampai bandara tak percaya sampai jua saya di tanah Rencong. Tanpa pikir panjang karena kantuk yang sudah tak terelakkan saya langsung mencari segelas kopi untuk menyegarkan otot-otot yang kaku setelah cukup lama mengudara. “gaya ya gw” hahaha. Di kantin bandara saya bercumbu dengan kopi dan ada beberapa supir serta om ojek yang mendekati lalu menawarkan jasa untuk mengantar saya ke destinasi pertama. Karena tawar menawar yang alot dan tidak ada kata sepakat. Saya memilih naik bus Damri awalnya memang ingin begitu karena dari beberapa sumber di luar bandara ada bus Damri. Keluar lah saya berjalan kaki dari bandara untuk menuju ke terminal Damri. Ternyata perjalanan menuju terminal sangat melelahkan saya pun sempat mampir ke warung untuk bertanya menuju terminal masih jauh atau tidak? Saya pun berjalan lagi di tengah perjalanan saya diklakson mobil bak lalu berhenti di hadapan saya. Ternyata ada Pak supir yang berbaik hati mengantarkan saya sampai terminal. Sampailah saya di tempat pemberhentian bus. Saya bertanya-tanya sendiri “mana terminal nya?” yang saya lihat hanya bus warna biru bertuliskan Transkoetaradja “di mana Damrinya?” Saya pun bertanya “Pak bus yang mau ke masjid Baiturrahman ini pak?”, “Ia ini masuk saja”, ucap sang kenek. Masuk lah saya di dalam bus cukup lama menunggu lalu bus itu pun berjalan.

Di dalam bus pun saya dibuat bingung. Rata-rata penumpang turun tidak membayar. Lalu saya bertanya dengan Bapak yang duduk di samping saya. “Pak ini bus ke masjid Baiturrahman kan?”, “Oh ia ini bus ke sana nanti turun pas di depan masjid Baiturrahman”, “ongkos ke sana berapa Pak?”, “Oh! naik bus ini gratis dek”, wah asyik main ke Aceh naik Transkoetaradja gratis patut dicontoh ni buat daerah lain. Aceh memang merakyat. Masyarakat nya pun baik-baik tampang boleh seram tapi hatinya sangat mulia guys.


Lihat selengkapnya