Blurb
Desis tidak kasat itu menegakkan bulu roma. Tanpa sadar, jiwaku larut dalam kobaran ilusi yang tercipta dalam benakku sendiri. Tanpa satu pun penolong, aku terjebak. Bangun, bangunkan aku!
Fauzi mengamuk hebat usai diputus sang pacar. Siapa sangka jika ledakan emosinya membuat Fauzi menyandang status pasien skizofrenia. Fauzi terus berhalusinasi jika Elina adalah api yang akan menyeretnya dalam kehancuran. Elina tentu saja didera penyesalan yang amat sangat dalam. Dia mengorbankan segalanya demi memperbaiki luka emosional dan pikiran Fauzi.
Segala liku kehidupan terus membuat Elina dan Fauzi goyah. Stigma miring tentang orang gila menjadi makanan sehari-hari bagi Fauzi dan keluarganya. Seiring waktu, Fauzi sadar bahwa nyata tidak selalu nyata. Pembenaran persepsi tidak akan pernah bisa membenarkan segala keadaan, termasuk halusinasi yang dialami Fauzi. Tidak pernah ada yang salah di antara nyata dan fana, jika semuanya benar. Tetapi jawabannya adalah tergantung bagaimana hati dan otak menerima logika yang rusak.
Bagaimana kedua orang itu menerima persepsi yang berseberangan? Akankah Elina bertahan di sisi Fauzi untuk meyakinkan halusinasinya salah? Apalagi Fauzi terus mengutuk Elina sebagai sumber musibah kala mengamuk?
Kisah ini menggiringmu tentang dunia orang gila tidak pernah salah. Tinggal bagaimana kita yang waras mengembalikan logika yang keliru.