WAKTU BERSINGGAH

Rohmaenun Jenita Lestari
Chapter #4

Episode 4 "Waktu bersinggah"

Kelabu si penyebar Rindu.

Tawa si pengukir debar.

Suara si pemenuh pikiran.

Dan semua itu tentang Senja, Gadis sorenya Langit.

Sebenarnya, jauh dari kejadian sore kemarin, Langit sudah mempunyai rahasia besar. Yaitu, Jatuh cinta pada Senja.

Kalau di bicarakan, Jatuh cinta dengan Senja itu tidak di rencanakan. Langit langsung jatuh cinta begitu melihat Senja memakai pakaian pramuka penuh pangkat. Gadis itu hebat. Dia bisa menjadi Pradana wanita yang tegas dan penuh semangat. Hal itu di ketahui Langit waktu mereka melakukan latihan gabungan pramuka pertama kali di Salatiga, satu tahun yang lalu.

Hingga puncak rasa bahagia Langit adalah kemarin sore. Senja diam-diam mengamati Langit lebih dari lima menit. Bukan main bahagianya. Apalagi, membayangkan jika jaket kesayangannya membungkus tubuh Senja dan melindungi gadis itu dari udara dingin sore hari.

Ah, perasannya jadi menghangat.

“mau membicarakan sesuatu denganku, Langit Ranjana?”

Langit mengerjap. Lamunan rindu tentang Gadis Sorenya lenyap saat suara Bulan Ayu—kakak  kembarnya menginterupsi sangat antusias.

“Apa?” Tanya Langit, mengamati Bulan yang sudah duduk di kursi Julian sementara kelas sudah kosong melompong.

“Eh, Sejak kapan bel istirahat Berbunyi?” batin Langit.

“aku menduga sesuatu sudah terjadi”

“tentang?”

Bulan mencondongkan badan. Mereka berdua duduk berhadapan.

“Dugaanku sih, tidak jauh dari pertemuan”

“lalu?”

“jantungku jadi berdebar. Kamu tahu kenapa, Langit Ranjana?”

Langit menaikkan halis, berpikir singkat sebelum menjawab agak ragu.

“Jatuh cinta, mungkin?”

“Nah, kenapa bisa begitu?”

“karena aku jug—” Langit berhenti bicara dan langsung mengunci rapat-rapat mulutnya saat menyadari ada yang aneh. Bulan mengerjainya. Kakak kembar yang selalu melankolis soal cinta itu memancing Langit agar berbicara untuk memastikan sesuatu. Aish, Sebal!

“Bulan Ayu sengaja, kan?” tanya Langit, menyipit judes.

Bulan terkekeh, balas menghadirkan senyum di ujung bibir. “Kalau memancing kamu untuk bicara, iya. Tapi kalau pengakuan yang hampir keceplosan itu, tentu tidak”

Langit mendengus, tidak mau menatap Bulan lagi. Wajahnya pasti aneh karena menahan malu. Seumur hidup Langit, baru kali ini dia ketahuan sedang jatuh cinta.

Aishhh!! Yang pasti Langit malu sekali.

“Dengar Langit Ranjana..” Bulan berkata halus. Lengannya membawa bahu Langit agar bisa berhadapan. “kamu tidak bisa menyembunyikan apapun dari kakak kamu. Ingat, kita kembar. Ikatan batin kita lebih kuat. Apapun yang kamu rasakan, aku akan ikut merasakannya juga”

Langit menatap Bulan. Kakak kembarnya itu memiliki aura terang. Sangat memikat. Siapapun yang menatap Bulan, Langit yakin pasti akan jatuh cinta. Termasuk Langit. Bulan selalu terlihat memikat bahkan hanya tersenyum kecil.

“Senja. Aku jatuh cinta pada Senja. Dia.. Hampir memiliki aura sama seperti Bulan Ayu. Sangat kuat”

“sejak kapan kamu suka pada Senja?"

“Sebenarnya, sudah agak lama. Saat aku sedang kelas satu dan masih menjadi calon Pradana”

Bulan mengangguk “sudah beritahu Senja kalau kamu suka dia?”

“Belum”

“dan aku tebak, kamu pasti tidak akan mengatakannya, kan?”

Langit mengangkat bahu, bersandar di kursi. Kelas mulai ramai. Satu dua temannya sudah kembali dari kantin sembari menghabiskan kerupuk sisa makan siang.

“Mungkin. Menyukai itu tidak harus di ungkapkan. Aku bisa menjaganya dari jauh”

“seperti yang kamu lakukan selama ini?” Langit mengangguk.

Tidak ada salahnya untuk menyukai jarak jauh. Menjaga Senja dari jeratan pacar-pacarnya tidak pernah membuat Langit merasa lelah. Mungkin, itu adalah cara terbaik agar tidak menyakiti Senja.

“semangat kalau begitu. Pasti ada alasan mengapa kemarin kamu terus di pertemukan dengan Senja. Masa depan, siapa yang tahu, bukan?”

Bulan Ayu mengerling, menghadirkan senyum semanis gula. Otong, teman sekelas mereka yang baru masuk dan hendak mendekat bahkan sampai tersandung, salah tingkah, mengira senyum itu untuknya.

“Haduh Bul, tanggung jawab! Mas Otongmu sampai hampir kesandung melihat senyum kamu!”

Banjindul tenan kowe Tong!”

*   *   *

Setiap hari Jum’at, Bulan selalu pulang lebih dulu karena Langit akan pulang sore. Yeah, adik laki-lakinya yang kaku itu ketua pramuka. Kalau kata Langit, sebutannya Pradana.

Lihat selengkapnya