Waktu Isa Sudah Lewat

Alfia
Chapter #2

Pare I am Coming!

Tasikmalaya, Awal September 2011

"Alanaaaaa!!!"

Suara mama membelah tidur pagiku. Ia membuka tirai dan jendela kamar tanpa permisi. Ya, seperti biasa, aku lupa mengunci pintu.

"Jam sembilan masih tidur aja! Cik atuh itu teras kotor disapu!" bentaknya dengan logat Sunda sekental kental manis.

Aku menggeliat. Cahaya matahari dan omelan mama adalah duet maut pembangkit tidur yang tak bisa dilawan.

"Aku baru tidur abis subuh, Mah..."

“Siapa yang nyuruh begadang?"

“Nyari kerja."

“Kamu manusia yah, bukan kelelawar, malam tuh waktunya tidur!"

Aku membalikkan badan, mencoba kembali tidur. Tapi suara itu terus mengiang di kepala. Hari-hariku memang sedang sepi. Sudah lima bulan sejak aku lulus dari jurusan Jurnalistik, dan status pengangguran masih melekat erat.

Aktivitasku monoton: malam sampai subuh buka laptop, cari lowongan, kirim lamaran; pagi sampai siang tidur, bangun, beres-beres rumah. Panggilan kerja? Ada sih, tapi bukan dari dunia broadcasting yang aku impikan. Aku mau jadi reporter TV nasional, bukan kerja di bank atau ritel.

Akhirnya aku kursus bahasa Inggris, berharap setidaknya ada ilmu baru yang masuk. Aku sempat les TOEFL privat di rumah Bu Roslina, seorang guru paruh baya yang baik hati. Tapi dua minggu belajar, aku mulai merasa bosan. Entah kenapa otakku seperti menolak menerima materi yang diajarkan. “Ah, sepertinya bukan tempatnya,” pikirku.

Siang itu aku sedang menyapu teras ketika ponselku berdering. Harapanku langsung melonjak: semoga dari stasiun TV. Tapi ternyata, nama yang muncul di layar adalah: Nata.

Nata: “Kak, lo masih nganggur aja?”

Lihat selengkapnya