Waktu Isa Sudah Lewat

Alfia
Chapter #3

Kereta Menuju Pare

Pare, Akhir September 2011

Sore sebelum keberangkatan, aku sempat kontrol ke dokter gigi untuk mengganti karet behel. Setelahnya, aku dan orang tuaku menuju Stasiun Tasikmalaya. Di tangan kanan, aku menenteng tiket kereta Malabar kelas bisnis dengan keberangkatan pukul 18.49. Ini tiket menuju awal yang baru.

Usai salat magrib di mushola stasiun, kami duduk sebentar menanti kereta datang dari arah Bandung. Mama masih terus mengecek barang bawaanku, seolah belum percaya anak perempuannya akan benar-benar pergi sendirian.

Saat kereta berhenti dan peluit kondektur terdengar, aku mencium tangan mereka.

"Belajar yang bener, jangan kebanyakan main," pesan Mama.

Aku mengangguk, menyeret koper biru dongkerku dan naik ke dalam gerbong. Tapi saat hendak duduk sesuai nomor tiket, seorang perempuan memintaku bertukar kursi karena ingin duduk bersama saudaranya. Aku mengangguk saja, dan sejenak kemudian, aku sadar: tempat duduk penggantiku ternyata di sebelah seorang pria bertampang gagah dengan rambut cepak dan kulit sawo matang.

“Permisi, ini tempat duduk saya,” ucapku.

Ia mengangguk dan tersenyum. Ketika aku duduk, Mama dan Bapak muncul di luar jendela. Lalu, seperti dalam sinetron, Bapak menepuk kaca dan berkata ke pria di sebelahku:

“Mas, titip anak saya ya. Dia mau ke Kediri. Jangan sampai kelewatan.”

Lihat selengkapnya