Waktu Isa Sudah Lewat

Alfia
Chapter #4

First Day, New World

Keluar dari stasiun, beberapa penarik becak segera menghampiriku. Aku menaiki salah satu becak yang ditawarkan. Si bapak becak rupanya sudah terbiasa mengantar penumpang ke Kampung Inggris.

"Pare ya, Mbak?" tanyanya ramah.

"Iya, Pak," jawabku sambil tersenyum.

"Dari kemarin banyak yang ke sana. Alhamdulillah orderan saya jadi banyak."

"Alhamdulillah, ya, Pak."

Rasanya hangat, mendengar nada syukur itu. Seolah Pare tak hanya jadi tempat menimba ilmu, tapi juga jadi ladang rezeki untuk banyak orang.

Sesampainya di depan kantor pos, becak pun berhenti.

"Sudah sampai, Mbak. Itu mobilnya," katanya, menunjuk ke arah minibus merah.

Aku turun, mengulurkan uang sepuluh ribuan.

"Makasih, Mbak. Selamat belajar ya."

Perjalanan dilanjutkan dengan naik angkot berupa minibus tua berwarna merah tua, ditempeli huruf 'P' kuning di atas lampu depannya. Di dalamnya, koper-koper besar dan wajah-wajah penuh harapan memenuhi ruang sempit. Sebagian koper, termasuk punyaku, diikat di atas atap.

Aku duduk di pojok belakang dekat jendela, menahan kantuk, namun tak berani tidur. Satu jam perjalanan terasa seperti transisi antar babak dalam hidupku. Aku melamun, memutar playlist, sesekali menatap ke luar, mencoba membayangkan rupa Kampung Inggris.

Lihat selengkapnya