Waktu Isa Sudah Lewat

Alfia
Chapter #7

Interjection: From Strangers to Sisters

Hari ketiga di Pare, akhirnya aku bertemu dua teman sekamarku yang selama ini hanya tertera namanya di pintu kamar: Zahra dan Trian.

Ternyata mereka sudah bersahabat sejak lama karena bersekolah di tempat yang sama, sekolah kebidanan. Keduanya sama-sama memakai jilbab dan kacamata, tapi punya aura yang berbeda.

Zahra berasal dari Lamongan. Kulitnya putih bersih, posturnya tinggi, dan sorot matanya tajam. Kalau belum kenal, bisa-bisa kita pikir dia galak. Tapi senyumnya membuat kesan itu perlahan luntur.

Trian dari Ponorogo. Tingginya hampir sama dengan Zahra, tapi kulitnya lebih sawo matang. Tatapannya lebih hangat, ekspresi wajahnya tenang, dan pembawaannya terasa lebih santai.

Setelah berkenalan, kami duduk bertiga di atas kasur kapuk, saling berbagi cerita sambil memeluk bantal. Aku merasa seperti anak baru yang akhirnya bisa ngobrol dengan dua teman kos yang ternyata tidak seseram yang kubayangkan.

“Kalian masuk kesini barengan juga?” tanyaku membuka obrolan.

“Iya,” jawab Trian. “Kami baru lulus, jadi ngisi waktu kosong sambil nunggu kerja.”

“Sama,” kataku cepat. “Aku juga baru lulus. Bete banget nyari kerja nggak dapet-dapet, akhirnya kabur kesini deh.”

Zahra tertawa kecil.

“Kamu tau Pare dari mana?” tanyanya.

“Awalnya googling, terus ada temen juga yang duluan kesini.”

Lihat selengkapnya