“Sera, please lah masa gak jadi padahal udah setengah jalan gini?” protes Serena yang berada di samping kursi kemudi, tengah menatap Seraphina dengan tatapan tidak terima. Sementara Faradilla yang menyetir mobil sembari mengumamkan lagu K-Pop yang diputar melalui bluetooth yang tersambung dengan salah satu aplikasi pemutar lagu.
“Aku tiba-tiba gak enak badan, Rena.”
“Tadi udah aku tanyain di rumah puluhan kali, katanya gapapa?”
Seraphina menatap Serena yang berbalik menatap ke depan. Jelas dari kaca spion di dalam mobil serta pantulan kaca depan mobil, Serena tampak kesal dan Faradilla hanya bisa melirik Serena dan bertukar tatap dengan Seraphina dari kaca spion yang ada di dalam mobil selama beberapa saat karena harus fokus menyetir.
“Sera, are you okay?” tanya Faradilla yang membuat Seraphina merasa bersalah karena mencoba berbohong kepada kedua sahabatnya hanya untuk tidak bertemu dengan Harris.
“Enggak ... sorry.”
“Kenapa harus minta maaf untuk kondisi yang di luar kendalimu?” tanya Faradilla yang semakin membuat Seraphina merasa bersalah. “Yaudah, kita putar balik buat ke rumah sakit terdekat. Ntar kalo udah mendingan kita baru pergi ke mall.”
“Kok jadi ke rumah sakit sih?!?” Serena memprotes keputusan sepihak Faradilla. “Ini reservasi kita nanti hangus, Dilla!”
“Apa kamu mau tanggung jawab untuk angkat Sera kalau misalkan pingsan saat kita makan?” tanya Faradilla yang menghentikan laju mobilnya karena mereka sedang di lampu merah. “Lagian kalau kita nunggu lagi kenapa? Kalau takut promonya habis dan bayar harga normal, yaudah nanti aku yang bayarin makan kita semua.”
“Kok kamu yang bayarin sih, Dilla?!? Ini ‘kan waktunya Sera yang bayarin kita makan karena kerjaannya nyampai target!”
“Itu aturan yang kamu paksakan buat kita ikuti. Padahal aku gak pernah keberatan buat bayarin setiap kita pergi barengan.” Sahut Faradilla dan mulai melajukan mobilnya karena lampu lalu lintas sudah berubah warnanya menjadi hijau. “Lagipula aku tahu, kamu bukan peduli soal reservasinya yang bakalan hangus. Cuma peduli soal lighting untuk buat konten media sosialmu.”
Seraphina tahu jika Faradilla itu seringnya hanya tertawa daripada terlibat konversasi berputar-putar tanpa tujuan dengan dirinya dan Serena. Akan tetapi, Seraphina selalu terkejut karena sering meluoakan fakta jika Faradilla jika sudah berbicara serius akan mengatakan apa pun tanpa mempedulikan perasaan yang didengarnya. Melihat ekspresi kesal Serena dan Faradilla yang tidak mengatakan apa pun lagi yang membuat Seraphina merasa marah dengan Harris.
Bahkan sebelum bertemu dengan Harris, hubungan persahabatan Seraphina menjadi tegang seperti ini hanya karena berusaha untuk menghindarinya. Mencoba untuk membuat takdir mereka tidak bersinggungan dan justru membuat Seraphina berada pada situasi yang tidak diharapkannya eksis.
“Dilla...,” panggil Seraphina yang merasa pada akhirnya mungkin takdir tidak bisa benar-benar diubahnya pada hari ini, “kita bisa aja ke mall kok. Aku masih....”
Nyatanya Faradilla tidak membiarkan Seraphina menyelesaikan ucapannya dan berkata, “Kita ke rumah sakit dulu, period.”
Apakah Seraphina tidak bisa berharap jika Harris tidak pernah eksis pada waktu keduanya ini?
***
Pada akhirnya, Seraphina hanya diberikan obat oleh dokter yang berjaga di IGD. Mereka bertiga tetap pergi ke mall, meski Serena sepanjang perjalanan hanya diam. Seolah-olah Faradilla yang disampingnya serta Seraphina di kursi belakang tidaklah eksis. Begitu memarkirkan mobil dan Faradilla mematikan mesin mobilnya, Serena langsung turun dan menutup pintu mobil lebih kencang dari seharusnya.
Sepertinya memang Serena sengaja membanting pintu mobil Faradilla.