Harris tetap melanjutkan meeting bulanan di kantor. Apalagi dia baru saja naik jabatan menjadi SPV dan sudah seharusnya rapat bulan ini dirinya yang tampil di depan semua orang. Akan tetapi, telepon dari tetangganya—yang Harris tahu suka menganggunya saat menjalankan hobi bercocok tanaman hias setiap akhir pekan— tentang Seraphina yang mengalami kecelakaan yang membuat Harris berdecak. Pada akhirnya Harris menyelesaikan meeting lebih cepat untuk pergi ke rumah sakit.
“Harris ... Harris!” panggilan Serena yang terlihat tergopoh-gopoh menyusulnya, membuat lelaki itu pada akhirnya menahan pintu lift.
Karena tadinya Harris pikir karena Serena mau pergi ke lantai 2 untuk mengurusi beberapa hal terkait dengan tim analisa karena karyawan baru yang diterima ternyata membuat masalah serius.
“Harris, kamu mau ke mana? Kok buru-buru gitu.”
“Rumah sakit.”
“Hah?!? Kamu sakit, Harris?” tanya Serena yang refleks memegang kening Harris, akan tetapi lelaki itu dengan cepat menjauhkan tangan perempuan itu dari wajahnya. “Harris, kamu kenapa sih? Aku cuma mau ngecek suhu badanmu.”
“Sera kecelakaan.”
Ekspresi Serena yang tadinya tampak senang, mendadak berubah menjadi sinis. Harris bisa mendengar dengkusan Serena dan dia lebih tahu alasannya. Karena Seraphina, mereka tidak bisa menikah.
“Ngapain sih dipedulikan? Palingan juga caper doang kayak biasanya.”
“Aku mau mastiin kalau dia gak bakalan lapor ke Ibuku.”
Serena mendengar jawaban Harris tentu semakin kesal. Saat pintu lift terbuka di lantai 2, nyatanya Serena tidak keluar hingga pintu lift tertutup. Harris tidak mengatakan apa-apa, tetapi dia menyadari jika alasan Serena memanggilnya dan satu lift saat ini adalah untuk bersamanya.
“Jadi kamu mau ke rumah sakit?”
“Memangnya ada pilihan lain?” tanya Harris yang membuat Serena semakin kesal. “Biar bagaimana, dia masih istriku.”
“Harusnya kamu itu ceraikan Sera sejak lama!” Sahut Serena yang bertepatan dengan pintu lift terbuka. Harris melangkah keluar dari lift dan Serena dengan cepat menyusul langkah lelaki itu. Akan tetapi, Serena tidak puas dengan respon Harris itu dan berkata, “Sebenarnya aku itu apa? Dia udah gak mengandung anak haram itu, jadi kenapa gak kamu ceraikan buat aku?!?”
Harris menghentikan langkahnya tepat di depan pintu lobi, kemudian menoleh ke arah Serena. Kemudian, Harris berkata, “Kamu lebih tahu apa yang sebenarnya terjadi dan kamu pikir teriak-teriak kayak tadi di sini bakalan langsung dapatin apa yang kamu mau?”
“Apa salah aku mempertanyakan statusku di hidupmu?!?”
Harris tidak mengatakan apa-apa dan memutuskan untuk berjalan keluar untuk menuju tempat parkir. Tadinya Harris pikir Serena tidak akan mengikutinya, akan tetapi saat Harris masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengaman, pintu penumpang bagian depan terbuka. Serena masuk dan menutup pintu dengan kencang, kemudian menarik sabuk pengaman.
“Ngapain kamu di sini?”
“Aku mau mastiin Sera itu benar-benar kecelakaan dan bukan caper doang.”