Waktu Terpelajar

Eva Nurfitri
Chapter #1

Prolog

Saat itu, berada dalam sebuah kesunyian di keramaian hari. Melihat banyak pasang kaki berlalu-lalang di jalanan kota ini. Terasa hiruk-pikuk kesibukan setiap manusia mengawali pagi yang cerah dan bersinar dengan terang. Udara kala itu sesak dipenuhi oleh asap kendaran bermotor juga kegersangan yang melanda. Aku mencoba menepi, berjalan disepanjang trotoar agar tidak menghalangi jalan bagi pengendara lain. Fikiran ku melayang entah kemana, berfikir tentang banyak sekali kesempatan dan keberkahan yang melanda hidupku tanpa henti.

Tak kusadari, senyumku merekah dalam kesesakan kesibukan sebuah kota di pagi hari. Rasa nyaman dan tenang kembali menyelimuti diriku. Bahkan sebuah tarikan dan hembusan nafas saja membuatku sangat bahagia. Tanpa kusadari aku sudah berada di ujung jalan. Ternyata sedari tadi aku sudah melangkah sangat jauh sekali hingga sampai di taman ini.

Taman yang jaraknya 3 km dari rumahku, taman tempat bersantai keluarga -keluarga kecil menikmati hari libur mereka. Akhir pekan menjadi sebuah latar belakang penuhnya taman ini. Tawa - tawa menghiasi setiap insan yang berada di taman ini. Entah mengapa aura mereka mengalir dalam diriku dan membuatku itu terhanyut dalam kegembiraan yang bahkan aku sendiri tidak tahu apa.

Aku mulai berjalan mengelilingi taman ini sembari melihat kesana dan kemari. Anak - anak berlarian kesana - kemari diiringi oleh alunan lagu yang terlantun di taman ini. Air mancur di tengah taman bergemericik seakan memancarkan kesejukan. Burung di langit berterbangan seakan menari di angkasa. Remaja yang sibuk ber-selfie di taman yang kata anak muda sekarang instagramble.

" Indah. " kata yang akhirnya terucap dari bibirku. Tak hentinya aku menatap banyak keceriaan yang terpancar di taman ini. Langkahku terhenti pada sebuah tempat duduk kosong di pinggir pojok taman. Fikiran ku melayang menelusup jauh ke dasar ingatan. Di tempat ini entah tawa ataupun tangis bermula. Di tempat ini banyak hal yang sepertinya tak terlintas di mulai tanpa tanda jeda. Tak terasa air mata jatuh dari mataku dan di hiasi oleh tatapan nanar dan kepedihan. Sungguh seperti tidak nyata namun ternyata itu adalah kenyataannya.

Lihat selengkapnya