Waktu Yang Salah

Miftachul W. Abdullah
Chapter #17

17. Tanpamu

Malang, 12 Agustus.

           “Mas, kita masih bisa berteman kan? Mengirim pesan dan berkabar?”

Farah, sebenarnya aku ini apa bagimu? Aku tidak pernah tahu apa yang ada dalam hatimu. Sejak dulu aku sangat takut mengambil kesimpulan tentang kedekatan kita selama ini. Benar kata Jon. Aku adalah makhluk dengan hati yang lemah dan bodoh itu untuk menyikapi sebuah hal tentangmu yang ternyata hanyalah sebuah permainan. Aku tidak pernah menyebutmu mempermainkan perasaanku. Aku saja yang terlalu bodoh masuk dalam permainanmu yang aku tak tahu, ini jenis permainan apa?

“Mas, aku bingung dengan perasaanku sendiri.”

Tak ada yang perlu di bingungkan Farah. Kita adalah buku yang sama pada lembar yang berbeda. Lembarku berisi cinta dan sedangkan lembarmu aku tak pernah tahu dan tidak bisa membacanya. Entah siapa pula yang sedang mengisi lembaranmu itu. Kukira bukan aku. Tepiskan saja keraguanmu.

“Apakah ada kesempatan bagi kita berdua untuk kembali dekat sebagaimana sebelumnya? Apakah kita akan menjauh dan tidak lagi bertegur sapa seperti ini?”

Farah, kamu bertanya seperti itu diwaktu yang kurang tepat. Aku belum siap menjawab pertanyaan apapun darimu. Aku lebih suka sendiri saat ini. Aku akan menjadi Bhre yang dulu jauh sebelum mengenalmu. Aku akan menjadi Bhre saat pertamakalinya bertemu dengan Jon. Tapi bedanya, aku tidak lagi masa bodo dengan keadaan sekitarku. Tapi masa bodo terhadap semua tentangmu. Tentang perasaan yang sejak lama kutanam.

Farah, maaf. Aku tidak sempat membalas semua pesan atau telfonmu. Aku akan kembali ke Surabaya. Menjaga toko bunda, menemani Alsa jika ada konser musik, atau juga menulis dan mengarang. Suatu saat aku berharap bisa membuatkan lagu untukmu. Atau membuat sebuah karya tentangmu.

Ternyata bukan kota Surabaya saja yang bisa membuatku patah. Justru Kota Malang memberiku hadiah dengan kisah yang malang. Apa aku menyesal? Aku tidak pernah menyesal. Bukankah ini bagian dari lika-liku kehidupan?

Mengganti nomor agar aku bisa lupa denganmu mungkin adalah caraku saat ini. Bukan maksudku untuk pergi agar dicari atau menghilang untuk di temukan, dan berlari untuk di kejar. Aku hanya ingin memperbaiki keadaan. Agar semua kembali baik-baik saja sembagaimana sediakala.

Lihat selengkapnya