"Macet gak Ki?" tanya Aksa begitu Kia sampai di kelasnya.
"Enggak," ujar Kia.
Aksa lantas membuntuti Kia hingga ke tempat duduknya.
"Kok pagi-pagi sudah berkeringat?"
Gadis itu mengelap bagian pinggir wajah sampai ke lehernya. "Mana?" Tanyanya sambil menunjukkan telapak tangan yang tidak basah akibat keringat sedikit pun. "Enggak ada," imbuhnya.
Yang ditanya malah melebarkan senyumnya. "Tetap cantik."
"Modus!"
"Serius."
"Iya-in."
Aksa yang berdiri di hadapan Kia dengan hanya terhalang oleh meja, kini mencondongkan tubuhnya ke arah di mana Kia duduk. "Kia gak percaya?"
"Kenapa juga gue harus percaya?" ketus Kia.
"Ini nih! Ini! Racunnya di sini. Semakin cuek, semakin asik untuk didekati!" serunya begitu bersemangat.
Kia mengerutkan dahinya. Ia semakin dibuat bingung oleh tingkah Aksa yang jika ia tidak salah hitung, hari ini adalah hari kedelapannya menyapa Kia di pagi hari. Iya, sejak chatting-nya memanjang, esoknya Aksa mulai menyapa Kia di pagi hari. Lalu saat jam istirahat tiba, Aksa akan bergabung bersama Kia di kantin. Tidak berdua. Ada Reina, Rahma, Gazza, dan Lintang juga.
"Karena lo cuma main-main, gue makin niat untuk cuekin lo terus-terusan!" kesal Kia.
"Aksa enggak bilang main-main," protes Aksa.
"Oh ya?"
"Kia ragu?"
"Ragu itu berarti setengah percaya dan setengah enggak percaya. Kalau gue, gue enggak percaya. Jadi gak ada alasan gue untuk ragu."
"Jadi Kia belum tertarik sama Aksa?" Lelaki itu menyimpulkannya sendiri.
"Habisnya elo gak menarik sih!"
Dan Aksa benar-benar kehilangan kata. Ia berlalu dengan tingkah anehnya ketika Reina datang. Tingkahnya terlalu aneh untuk dijelaskan. Lelaki yang tidak pernah mendapat penolakan itu, kini kesulitan masuk dalam dunia Kia.
"Masih lo cuekin?" Reina bertanya.
"Bingung gue harus respon kayak gimana kalau enggak dengan cuekin dia."
"Masih belum yakin kalau Aksa beneran suka sama lo?" tebak Reina.
"Terus lo percaya kalau dia suka sama gue?"
"Cara dia ngejar lo, menurut gue, itu satu bukti nyata kalau dia beneran suka sama lo."
Melihat Reina sepercaya itu pada apa yang Aksa lakukan untuk Kia belakang ini membuat gadis itu tergelak. Ia tidak percaya jika sahabatnya mulai mempercayai seorang Aksa.
"Reina-Reina," ucap Kia sambil menggelengkan kepalanya.
"Lo kan tahu, Aksa punya banyak gebetan. Lo sendiri yang nyari informasinya dan nemuin fakta itu. Aksa itu enggak bisa tahan sama satu cewek, Rein. Dari sekian banyak cewek cantik yang deketin dia, apa mungkin dia jatuhnya ke gue? Kan enggak mungkin. Secara, gue enggak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka. Kita tahu bahwa yang deketin Aksa berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari kakak kelas, seangkatan, sampai adik kelas. Dan gue, gue cuma teman sekelasnya. Yang bisa dia modusin kapan pun dia mau. Jadi, gue enggak punya alasan untuk percaya sama dia."
Kini giliran Reina yang tergelak. "Lo enggak percaya diri?"
"Ini enggak ada hubungannya dengan percaya diri."
"Ada Kia! Jelas ada hubungannya. Barusan lo mengakui kalau elo itu enggak ada apa-apanya dibandingkan dengan deretan cewek yang deketin Aksa. Itu artinya, lo gak percaya diri."