Seingatnya lelaki di depannya tidak merokok tiga tahun lalu.
"Kenapa? Kamu mau rokok juga?"
Asa tersenyum tipis, menggeleng. Mengedarkan pandangan, bertahan dengan asap yang sedikit menyesakkan. Dia yang meminta bertemu. Masih beruntung lelaki ini mau datang.
"Aku ... ada yang mau aku bicarain." Dia ternyata tak cukup sabar untuk menunggu lelaki itu selesai merokok.
Sekala membuang puntung rokok ke atas asbak. Sudah bisa menebak apa yang diinginkan perempuan ini. Wajah itu bak cermin bersih. Tergambar jelas di sana sebentuk penyesalan.
"Bicara aja."
"Aku ingin kembali ke kamu. Memperbaiki semuanya."
"Lalu?"
"Aku ingin menikah denganmu."
"Menikah? Aku? Denganku?" Sekala menunjuk dirinya sendiri. Seketika tawanya memenuhi sudut kafe itu. "Asa, Asa, tiga tahun pisah sama aku, ternyata kamu berubah banyak ya. Mana sifat angkuhmu?"
"Aku serius."
"Iya. Terserah." Sekala memperbaiki posisi duduknya, tersisa sedikit tawa. Masih tak habis pikir. "Terlepas aku sedang berhadapan dengan Rhyasa yang angkuh atau bukan, memangnya aku peduli?"
Pertanyaan retoris.
"Aku nggak peduli, Asa. Sama ketika tiga tahun lalu kamu pergi dari hidupku, menghancurkan rencana yang katamu indah, membatalkan pernikahan seenak jidat. Memangnya kamu peduli gimana hancurnya aku waktu itu?"