Wandering Toward You

lidia afrianti
Chapter #4

Rak Yang Tak Pernah Aku Sentuh

Mireya

Ada sebuah rak kecil di pojok kamarku yang tak pernah kubuka selama lima tahun terakhir.

Bukan karena aku lupa, tapi karena aku takut. Di dalamnya, tersimpan daftar-daftar buku yang tak pernah selesai kucari. Sebagian karena tak pernah terbit ulang, sebagian lagi karena aku terlalu kehilangan semangat di tengah pencarian. Tapi satu-dua judul yang tertulis dengan tinta yang sudah mulai pudar… masih kupandangi kadang-kadang, seperti seseorang yang menatap nama di nisan tanpa pernah berani menyentuhnya.

Satu di antaranya adalah:

“Taman Terakhir Sebelum Lupa” A.R. Danu

Buku tipis yang hanya pernah kupinjam sebentar di perpustakaan saat SMA. Tiga hari kemudian, hilang dipinjam orang lain, tak pernah kembali. Sejak itu aku mencarinya. Bukan karena ceritanya begitu luar biasa, tapi karena kalimat di halaman terakhirnya selalu menempel di kepalaku:

“Tak semua luka ingin sembuh. Ada yang hanya ingin diingat agar kita tidak hilang sepenuhnya.”

Aku belum tahu apa maksudnya waktu itu. Tapi setelah kehilangan Ibu setahun setelahnya, aku mengerti. Aku mengerti betul.

Aku bukan perempuan yang berani pergi jauh.

Orang bilang hidup dimulai di luar zona nyaman. Tapi bagaimana jika zona nyamanku adalah satu-satunya tempat yang menyelamatkanku saat dunia terasa terlalu bising?

Aku tinggal di kota kecil. Bekerja dari rumah, menulis ulasan buku untuk penerbit dan blog literasi. Setiap minggu, aku ke toko buku bekas. Wajah penjualnya sudah seperti bagian dari mingguanku. Dia tahu jenis buku yang kusuka, tahu bagaimana aku lebih memilih novel yang tidak terlalu populer tapi ditulis dengan jujur.

Teman-temanku bilang aku membatasi diri. Tapi mereka tidak tahu rasanya kehilangan arah, dan mendadak harus membangun semuanya sendiri dari awal. Saat semua orang pergi bekerja dan hang out, aku mengurus rumah, tagihan, dan kenangan yang terlalu hidup dalam setiap sudut ruangan. Aku bertahan dengan buku, karena buku tidak menuntutku untuk bicara. Buku tidak menatapku dengan kasihan. Buku hanya… ada.

Lihat selengkapnya