Wandering Toward You

lidia afrianti
Chapter #14

Sepi Yang Kita Pelihara Diam-diam

Mireya

Sudah tiga minggu sejak kami berpisah di Velaris. Ia menuju utara, aku pulang ke kota kecilku di selatan yang bernama Sarvala, kota yang menyimpan toko buku tua, aroma kopi basi, dan tempatku pertama kali mengenal tenang.

Hari-hariku kembali ke pola lama. Pagi menjemput dengan teh melati dan berita sunyi dari radio tua. Siang dihabiskan di toko buku sebagai penjaga paruh waktu, lalu malam yang diisi dengan membaca buku atau menulis catatan kecil yang tak pernah kukirimkan ke siapa pun.

Kecuali satu nama.

Kael.

Kadang aku menulis untuknya. Tapi tak pernah kukirim. Karena aku tahu, ia sedang sibuk mencari langit baru untuk dirinya sendiri.

“Hari ini, aku membaca buku puisi Persia yang kau tinggalkan. Di dalamnya, ada halaman terlipat dan tanda tanganmu. Aku lupa rasanya membaca sambil merindukan seseorang. Sekarang aku tahu: kalimat jadi lebih lambat, dan detak jantung lebih kencang.”

***

Kael

Kota tempat tugasku sementara ini bernama Talamera kota pelabuhan yang dikelilingi bukit-bukit kabut dan pasar malam yang selalu ramai. Aku punya tempat favorit di sini: atap bangunan museum tua, tempat aku bisa melihat laut dan lampu-lampu kapal berpendar dalam gelap.

Aku suka berjalan sendirian di jalan batu Talamera sambil memotret anak-anak yang bermain, atau menulis catatan untuk Mireya.

“Mire, aku melihat seorang gadis kecil tadi di pelabuhan, dia membaca buku sambil berjalan. Aku langsung ingat kamu. Tapi kemudian aku tersenyum sendiri, karena kamu pasti sudah mengoreksiku dan bilang: ‘Jangan baca sambil jalan. Bahaya.’”

Lihat selengkapnya