Mireya
Sudah dua bulan sejak pertemuan itu. Dan anehnya, tidak ada satu hari pun yang terasa menggantung. Bukan karena aku sudah melupakan, tapi karena aku tidak lagi menunggu dengan luka terbuka.
Kael dan aku sepakat untuk tidak saling memberi kabar setiap hari. Tapi ada satu hal yang kami lakukan: menulis surat. Surat yang tidak selalu dikirim.
Aku menyimpan surat-surat itu di kotak kecil berwarna hijau tua warna kesukaanku sejak kecil. Kadang, aku menulis tentang bukuku, tentang pelanggan di toko, atau tentang secangkir teh yang aromanya mengingatkanku pada kafe tua di Velaris.
“Hari ini aku membaca ulang novel yang pernah kubeli di kota Noralia. Sampulnya sudah mulai lepas. Tapi kalimatmu masih ada di sana. ‘Simpan halaman paling menyakitkan untuk hari ketika kamu kuat membacanya ulang.’ Aku membaca ulang. Dan ternyata aku sudah kuat. Terima kasih, Kael.”
Tidak semua surat penuh rindu. Banyak yang hanya cerita biasa. Tapi itulah yang membuat semuanya terasa hidup. Cinta tidak harus selalu mendebarkan. Kadang, ia hanya butuh tempat untuk bernapas.
***
Kael