Mireya
Aku lupa kapan terakhir kali bepergian hanya untuk melihat.
Biasanya, aku berjalan dari satu toko buku ke toko lainnya. Berburu judul-judul langka. Tapi kali ini berbeda. Bukan karena kota yang dituju, tapi karena siapa yang mengajakku.
“Temani aku sebentar ke Miranta,” kata Kael. “Cuma kota kecil, tiga jam dari sini. Aku pernah ke sana dulu, tapi hanya sebentar. Sekarang aku ingin melihatnya… dengan kamu.”
Miranta. Kota yang tak pernah kubaca di buku manapun. Tak ada pameran, tak ada toko buku besar. Tapi ada Kael. Dan itu cukup.
***
Kael
Aku tak ingin pergi jauh. Aku hanya ingin mengajaknya ke tempat yang tak punya makna… agar kami bisa menciptakan maknanya sendiri.
Kami menyewa motor kecil dan menyusuri jalan menanjak menuju Miranta. Jalanan sunyi. Pohon pinus berjajar, langit bersih tanpa satu pun awan yang marah.