Wandering Toward You

lidia afrianti
Chapter #28

Celah-Celah yang Tak Terlihat di Antara Kita

Mireya

Aku pikir, ketika toko ini dibuka, semuanya akan menjadi lebih mudah.

Kupikir, aku dan Kael akan mengalir seperti selama ini selaras, sepemikiran, dan saling memahami. Tapi hari-hari berjalan, dan pelan-pelan aku sadar: kami sedang menata ulang hidup. Dan tak semua penataan itu nyaman.

Terkadang, ia meletakkan buku-buku berdasarkan warna sampul, sementara aku lebih suka berdasarkan genre. Ia menaruh speaker kecil dan memutar lagu-lagu folk favoritnya, padahal aku merasa toko ini butuh keheningan. Ia ramah pada semua pengunjung, tapi aku butuh ruang untuk tetap tenang tanpa harus tersenyum setiap saat.

Ini bukan tentang benar atau salah. Tapi tentang dua cara mencintai tempat yang sama.

***

Kael

Hari itu aku sedikit lebih lama berbicara dengan seorang pengunjung, Nino seorang travel blogger yang mampir karena tahu aku pernah menginjak tempat-tempat yang sama dengannya.

Kami bicara tentang pantai di Marisa, tentang perjalanan ke Tanah Duka, tentang kerinduan terhadap tempat-tempat yang jauh dan liar.

Mireya hanya duduk diam di belakang meja kasir. Aku tahu dia mendengar, tapi tak berkata apa pun.

Setelah toko tutup, dia bilang pelan, “Aku tahu kamu suka cerita-cerita mereka. Tapi kadang aku merasa kamu mulai… lebih hidup saat bicara dengan orang lain daripada saat kita berdua.”

Kalimat itu seperti debu yang jatuh di permukaan bening. Tidak terlihat banyak, tapi cukup membuatku terdiam.

Apakah aku terlalu sibuk membagi kisah, sampai lupa menyisakan ruang untuk dia yang berjalan bersamaku?

Lihat selengkapnya