Wandering Toward You

lidia afrianti
Chapter #30

Surat yang Tertinggal di Bawah Rak

Mireya

Hari itu hujan deras sejak pagi. Bukan gerimis romantis yang biasanya mengundang pengunjung mampir, tapi hujan lebat yang membuat orang memilih tinggal di rumah. Setengah Jalan nyaris kosong.

Aku berdiri di balik meja kasir sambil membaca ulang buku berjudul “Kegelisahan yang Tak Sempat Dikata”, sementara Kael duduk di lantai atas, menyusun arsip hasil diskusi komunitas yang baru kami mulai.

Sudah hampir dua minggu Pak Elang tidak datang.

Awalnya, kami mengira beliau hanya sedang sibuk atau mungkin sakit. Tapi tak ada kabar. Dan setiap hari, pojok tempat ia biasa duduk tetap kosong.

Ada rasa aneh di dada. Seperti kehilangan, meski kami tak pernah benar-benar memiliki.

***

Kael

Aku turun karena mendengar suara gesekan kayu dari arah rak sastra klasik. Kukira Mireya menjatuhkan buku, tapi ternyata dia sedang berjongkok, menggenggam selembar amplop kusam dari bawah rak terselip, hampir tak terlihat.

“Aku nemu ini barusan,” katanya pelan.

Tulisannya dengan tinta hitam, rapi dan melingkar:

Untuk kalian,

Penjaga Kisah di Setengah Jalan.

Lihat selengkapnya