Mireya
Aku tidak langsung menyadarinya. Hanya sebuah buku yang tak kukenal, tergeletak begitu saja di meja kasir. Sampulnya lusuh, halaman-halamannya sedikit terlipat. Judulnya “Daun yang Tak Pernah Gugur.” Tidak ada label harga, tidak ada catatan inventaris. Tapi di dalamnya di sela halaman 47 dan 48 ada secarik kertas.
“Aku tidak tahu harus bicara dengan siapa. Jadi, aku curi buku ini. Maaf. Tapi malam ini aku mengembalikannya. Dan aku pikir, buku ini menyelamatkanku lebih dulu sebelum aku benar-benar membacanya. - Seseorang yang sedang berusaha pulang.”
Tanganku berhenti di situ. Kertas itu dilipat rapi, ditulis dengan pena hitam yang tintanya hampir habis. Tulisan tangan remaja. Sedikit goyah, sedikit berantakan, tapi tulus.
Aku menatap Kael yang sedang membereskan rak bagian tengah.
“Ka,” panggilku. “Ada yang aneh.”
Dia mendekat dan membaca catatan itu bersamaku. Matanya mengernyit, lalu menatapku.
“Ini… semacam pengakuan?”
“Atau permintaan tolong yang disamarkan,” kataku pelan.
***
Kael
Sejak pertama kali kembali ke Lavenne, aku tahu bahwa toko ini akan menjadi lebih dari sekadar toko. Tapi aku tak menyangka akan menghadapi malam seperti ini membaca pesan dari seseorang yang tak terlihat, yang entah kenapa merasa perlu mencuri hanya untuk bisa merasa aman.
“Harusnya kita periksa rekaman CCTV,” kataku, walau aku tahu jawabannya.