Wandering Toward You

lidia afrianti
Chapter #35

Kota yang Tak Pernah Selesai

Kael

Kota itu bernama Seloka. Kota terakhir yang aku kunjungi sebelum Lavenne. Sebelum aku menyerah pada peta dan mulai merasa bahwa perjalanan bukan lagi pelarian, tapi semacam penghindaran.

Seloka adalah kota kecil di tepi danau yang tenang. Rumah-rumah beratap bata, udara selalu dingin menjelang sore, dan aroma kayu bakar terasa di setiap sudut jalan. Aku tinggal di penginapan tua yang dijaga oleh seorang nenek dan cucunya anak laki-laki bernama Mika, berusia sekitar sepuluh tahun, dengan mata yang terlalu dewasa untuk usianya.

Mika sering duduk di tangga depan, membaca buku usang tanpa sampul. Ia tak banyak bicara, tapi kehadirannya membuat sore-sore terasa tidak terlalu sepi.

Kami jadi dekat. Setiap hari aku menulis blog perjalananku di ruang tamu penginapan, dan Mika duduk di sampingku, diam-diam menyalin kata-kataku di buku tulisnya. Suatu sore, dia berkata:

“Kalau aku besar, aku ingin menjadi seperti kamu. Pergi ke mana-mana dan melihat dunia.”

Aku hanya tersenyum, tak tahu harus menjawab apa. Karena malam itu, aku baru saja menerima kabar bahwa salah satu sahabatku meninggal seseorang yang pernah berjalan bersamaku di awal petualangan ini, tapi memutuskan pulang lebih dulu.

Lihat selengkapnya