Wandering Toward You

lidia afrianti
Chapter #44

Surat-Surat yang Tak Pernah Dikirim

Mireya

Ada sebuah kotak tua di bawah tangga toko. Berdebu, tak bernama. Sudah bertahun-tahun aku tidak membukanya.

Hari itu, entah kenapa, aku menunduk dan menariknya keluar.

Kunci kecil tergantung di gagangnya, seperti sengaja ditinggalkan untukku.

Saat kubuka, di dalamnya ada tumpukan kertas berwarna gading, sedikit kekuningan. Surat-surat. Semuanya tanpa amplop. Ditulis tangan.

Surat dari Ayah.

Beberapa belum pernah kubaca. Mungkin Mama sengaja menyimpannya, atau mungkin aku yang tak cukup berani menghadapi isinya.

Aku membacanya satu per satu. Tanganku gemetar saat sampai pada surat yang ditulis tepat seminggu sebelum Ayah pergi dari rumah.

“Mireya, aku minta maaf karena menjadi ayah yang tidak tinggal. Tapi cinta itu tidak selalu tahu caranya tinggal, meskipun ingin. Jika suatu hari kamu mencintai seseorang dan dia memilih tetap tinggal, peluk dia baik-baik. Karena itu keberanian yang tidak semua orang punya.”

Aku menutup surat itu, dan untuk pertama kalinya, aku menangis bukan karena marah, tapi karena paham.

Aku paham betapa sulitnya tinggal.

***

Kael

Lihat selengkapnya