Wandering Toward You

lidia afrianti
Chapter #45

Dua Jalan yang Sama Terangnya

Mireya

Aku belum pernah seambivalen ini.

Satu sisi, aku merasa ini seperti mimpi. Toko bukuku, Rumah Kata, ditawari untuk jadi bagian dari program literasi nasional oleh sebuah yayasan besar dari Valima, ibu kota yang gemerlap dan jauh dari kota kecil kami, Ruvera.

Tawaran itu datang dengan semua hal yang dulu hanya aku tulis di jurnal kecil: ruang baca besar, program pertukaran buku antarkota, dan jaringan distribusi langsung ke penerbit.

Tapi juga berarti: meninggalkan toko ini sementara. Dan mungkin… tidak pulang dalam waktu yang lama.

Aku menatap rak buku, lalu mengalihkan pandangan ke jendela. Langit senja sedang memerah, seolah menyuarakan keresahan yang tak bisa kutuliskan.

***

Kael

“Kalau kamu ambil, aku ikut,” kataku padanya malam itu.

Ia menoleh, terkejut. Mungkin karena ia pikir aku akan keberatan. Atau takut.

Aku menyandarkan tubuhku ke kursi rotan depan toko. “Aku juga baru dapat kabar. Salah satu lembaga wisata di luar negeri mereka tertarik sama dokumentasi perjalananku. Mereka tawarkan kerja sama. Enam bulan, keliling tujuh negara.”

Ia terdiam.

Kami saling memandangi. Seperti dua orang yang ingin meraih tangan satu sama lain, tapi tak yakin harus melangkah lebih dulu.

Lihat selengkapnya