"Gue pengen nanya sama kalian? Seudah kita main jailangkung kalian pernah mimpi serem, ga? Kaya, anak sekolah yang diri di pojokan terus berubah jadi hantu serem?” tanya Qiana.
Feederica yang mendengar itu hampir saja tersedak ludahnya sendiri, karena Vanesa bercerita ia selalu melihat anak SMA di sudut rumah, kadang juga bermimpi anak itu menjadi makhluk mengerikan dalam mimpinya.
“Ngga ko. Gue sama Vanesa aman, iya kan, Nes?” Feederica buru-buru mengingatkan Vanesa untuk tidak sembarangan bicara masalah ini.
Pelita menggeleng tidak merasakan ada gangguan seperti itu selama ini, pikirannya masih terkuras untuk mencari ibunya.
“Kenapa emang, Qian?” tanya Vanesa akhirnya dengan wajah sendunya.
“Gapapa sih, cuma seminggu ini gue kaya takut buat tidur.” Qiana merasa diteror dalam mimpi satu Minggu ini.
Meninggalkan obrolan tadi, kini kelas telah dimulai meskipun Qiana masih menaruh curiga atas tingkah Vanesa dan Feederica, sepertinya ada yang disembunyikan? Ditegah-tengah pembahasan materi tiba-tiba ia ingin buang air kecil, karena tidak mungkin meminta ditemani Pelita jadilah ia izin sendiri.
“Permisi, bu. Izin ke toilet,” ujar Qiana sambil berdiri.
“Ya sudah, jangan lama-lama.”
Begitu mendapatkan izin dari gurunya Qiana segera bergegas menuju toilet, melewati deretan kelas yang hening. Hanya terlihat satu dua guru yang sedang berjalan menuju kelas lain.
Sampai di dalam toilet ada empat baris pintu yang terbuka. Udara terasa berbeda saat pertama kali ia masuk tadi. Berkali-kali ia menoleh tidak ada siapapun. Tapi Rasanya ia sedang diawasi. Qiana membuka pintu pertama lantas menyelesaikan kegiatannya di sana dengan cepat.
Satu pintu yang paling ujung bergerak terbuka tertutup dengan sendirinya terus berulang hingga tiga kali seperti ada seseorang yang membuka lantas menutupnya lagi.
Gesekan grendel pintu terdengar berdecit, ia masih memperhatikan pintu itu heran.
'angin kenceng banget" komentarnya dalam hati. Kemudian. 'dari mana angin masuk?"
Balasnya kembali dalam hati. Lantas bulu-bulu halus di tengkuknya kembali berdiri, seketika suasana menjadi tidak nyaman. Qiana mempercepat langkah untuk keluar dari toilet, tiba-tiba saja terdengar bisikan sangat dekat di telinganya.
"Aku, ada di belakang."
Qiana tidak tahu siapa yang berbisik yang jelas di sini tidak ada siapapun 'mungkin kelas sebelah." Otaknya masih berpikir logika tapi tidak seiring dengan langkah kaki yang kian cepat.