"Mah..." Panggil Vanesa ia menangis sekarang. Jangankan bercerita apa yang dialami, orang tuanya malah sibuk ingin berpisah. Di balik rok biru panjangnya sekarang, betis Vanesa membiru ada bekas tangan seseorang.
Setiap pagi tanda itu semakin bertambah setelah malamnya ia selalu bermimpi diseret mahluk berkuku panjang berwarna hitam. Dengan baju berwarna coklat tanah rambutnya panjang, baunya amis busuk seperti hangus terbakar. Seakan ingin membawanya tenggelam dalam gelap.
Vanesa membuka pintu mobil yang berjalan pelan ia lari tidak ingin mendengar mamanya yang akhirnya hanya membahas kejelekan papanya, begitu pula sebaliknya keduanya tidak pernah bertanya bagaimana di sekolah. Bagaimana teman-temannya dan bagaimana ia hari ini. Bulir air mata baru saja terjatuh dari ekor matanya.
"Nesa, Nesa kamu mau kemana!?" Teriakan mamanya memanggil langsung menepikan mobil, ia ingin mengejar anaknya tapi Vanesa sudah menghilang di balik gang-gang sempit pemukiman.
Vanesa terus berlari tanpa tujuan terus masuk melewati gang sempit banyak bekas genangan air jejak hujan entah kapan? Jalan makin lama makin sepi dan menyempit bau tidak sedap semakin tercium.
Cahaya semakin lama semakin temaram Vanesa mulai berlari perlahan menggeser pakaian berwarna coklat yang tergantung. Terus menggeser, ia mulai menutup hidung saat bau amis semakin menyengat.
Sampai di sudut.
Di sudut dinding, bagian atas. Makhluk berkuku panjang merayap mendekati Vanesa dengan rambut terjulur panjang matanya hitam legam dengan mulut terbuka lebar.
Vanesa berteriak, ia berbalik arah kembali menggeser semua benda yang menghalangi sampai terjatuh, matanya bisa melihat makhluk itu sudah merayap di tanah, ia kembali berteriak bangun lalu kemudian kembali berlari tak tentu arah menyusuri semua gang yang terlihat sama.
Waktu sudah berjalan cukup lama Vanesa tidak juga menemukan arah luar, bajunya sudah kotor, rambut sudah basah oleh keringat ia terus berlari. Makhluk mengerikan itu terus merayap mengikutinya bahkan semakin cepat.
Vanesa berteriak.
Tinn!
Bunyi klakson mobil ada di depannya, mobil berwarna merah.
"Vanesa!" Suara Feederica dari dalam mobil melihat sahabatnya yang tiba-tiba keluar entah dari arah mana untunglah Dewa tepat menginjak rem.
Feederica keluar dari mobil. "Nesa, ngapain loh di sini?"
"Fee, setan itu ganggu gue terus, lo harus berhenti!" kata Vanesa sambil bergetar panik pandangannya berputar tidak tentu arah.