WANGSA

Nila Kresna
Chapter #7

Rumah Sakit

Semua sudah dapat tugas masing-masing Dewa masih di luar duduk saat Qiana keluar dari kamar Vanessa, ruangan itu ada empat kamar tidur penghuninya baru Vanessa saja.

"Kamu nginep sini, apa pulang, Wa?" tanya Federica.

"Terserah, kalo dibutuhin gue di sini." kata Dewa. Ia bersandar pada pintu melihat bergantian antara Feederica juga Qana. 

Sayangnya saat tatapan Dewa tertuju padanya, gadis itu seketika menghindar. Ternyata adu tatapan itu tidak hanya sekali, diam-diam seakan Dewa memperhatikan Qiana membuat gadis itu semakin menghindar, ia tidak ingin terpergok melihat Dewa karena dipastikan Feederica akan cemburu terhadapnya.

“Gue istirahat duluan.” Qiana masuk ke dalam kamar inap, melihat Vanesa terlebih dahulu yang sedang tidur. 

Karena tidak mungkin tidur di lantai atau di samping Vanessa, Qiana akhirnya memilih menempati ranjang kosong dari baris pertama setelah di sana Qiana menarik tirai ranjang bersiap untuk berbaring. 

Sedangkan Di luar Feederica langsung duduk di samping Dewa terlampau dekat, sampai Dewa sedikit bergeser dari duduknya. 

“Tadi gue takut banget, tau.” dengan manjanya Feederica mengalungkan tangan pada siku Dewa, kemudian menyandarkan kepala pada bahu Dewa. “Pas selesai makan, gue tinggalin Nesa sendirian di kamar. terus pas balik dia cuma nunduk aja di pojokan. Serem banget, Wa.” Feederica semakin mengeratkan tangan juga kepalanya pada Dewa.

Dewa yang merasakan itu terlihat tidak nyaman, ia sekali lagi menggeser duduknya lebih menjauh lalu perlahan melepaskan tangan Feederica pada lengannya. 

Merasakan penolakan Dewa, sesaat Feederica cemberut, hanya ia mencoba untuk tetap percaya diri. 

“Makasih ya, lo udah mau nemenin gue di rumah sakit, seneng deh pas minta tolong lo langsung dateng.” Federica mencoba kembali mendekat ingin seperti tadi. 

Sayang ucapannya langsung terhenti melihat Dewa berdiri. “Ga masalah, istirahat gih.” kata Dewa singkat.

Sejujurnya masih ingin berlama-lama dengan Dewa, mau bagaimana lagi tidak diikuti permintaannya padahal itu juga bentuk perhatian. Akhirnya meski enggan Feederica mengangguk dengan senyuman seakan berbunga Dewa memperhatikannya untuk beristirahat.

“Kamu mau kemana?” tanya Feederica.

“Keluar bentar, nanti gue tidur di sini.” Dewa menunjuk kursi panjang yang ada di depan ruangan Vanessa.

Feederica mengangguk lantas berdiri. “Ya udah gue masuk.” Tatapannya masih begitu berat hendak berpisah dengan Dewa sampai akhirnya ia masuk dengan kesal.

***

Entah sudah jam berapa malam ini rasanya suasana kian sepi juga dingin, Qiana yang terusik dari tidurnya mencoba mencari selimut masih dengan mata tertutup. Ia menggapai gapai pinggiran meja kosong. Setelah menemukan kain itu, segera menyelimuti tubuhnya, masih dengan mata tertutup.

Sayup-sayup ia mendengar suara berisik orang bicara, bercampur dengan suara tertawa juga tangisan anak kecil. Semuanya terasa menyatu sampai membuat dengungan suara tidak jelas. 

‘ada pasien baru? berisik banget, udah tahu rumah sakit’ kata Qiana dalam hati, karena kantuk benar-benar mengambil alih mata, ia tidak peduli selama tidak ada suster yang memintanya untuk pindah. 

Lihat selengkapnya