Wangsul Nogo

Keefe R.D
Chapter #6

Bab 5. Menjalar Hitam

Esoknya, Samara datang membawa koper dan tas jinjing ke rumah Lik Brata. Sesuai janji yang harus ditepatinya, ia akan menginap sampai akhir pekan untuk menjaga Cindra.

Samara melangkah masuk ke teras. Pintunya tengah terbuka lebar. Ia mendapati Cindra duduk bermain boneka sendirian di ruang tamu. Belum sampai ia mengetuk pintu, mereka saling beradu pandang. Samara tersenyum dan hendak menyapa. Tapi anak itu keburu beranjak dari lantai dan berteriak, “Ibu! Mbaknya sudah datang!”

Samara melihatnya berlari ke belakang rumah. Segera ia menarik kopernya masuk dan menunggu di ruang depan.

Tak berapa lama, Lik Brata berjalan keluar dari belakang rumah dan menyambutnya, “Nduk! Makasih sudah mau datang, loh!”

Samara balas menyapanya, “Selamat pagi, Bu’Lik.”

Lik Brata hendak mengambil alih kopernya, Samara segera menahannya, “Biar saya saja yang bawa, Bu’Lik. Jadi kamar saya di mana?”

“Bu’Lik sudah siapkan kamar tamu buatmu,” ujar beliau, bersemangat. “Ayo sini masuk—”

Ketika ia mengikuti langkahnya, Cindra tengah mengintip dari balik pilar ruang tamu. Bu’Lik melirik ke arahnya dan berkata, “Dari tadi Cindra sudah nungguin kedatanganmu. Ibu suruh pantau depan pintu buat menyambutmu.”

Samara tersenyum pada anak perempuan berambut kepang dua itu. Namun tetap saja Cindra nampak malu-malu sambil memeluk bonekanya.

Ia lanjut memasuki kamar yang sudah disiapkan oleh Lik Brata. Lokasinya bersebelahan dengan dapur.

“Ini kamarmu. Kalau yang ini kamarnya Cindra—” ujar Lik Brata, menunjuk pintu kamar yang terbuka di seberangnya.

Kedua kamar yang saling berhadapan ini ditengahi koridor kecil yang memiliki jendela. Sekilas ia mengintip dan terlihatlah teras pekarangan belakang.

Beliau lanjut memberitahunya, “Tapi kamarnya Cindra ini cuma dipakai buat ngerjain PR sekolah, tok. Kalau tidur yo maunya berdua di kamarnya Bu’Lik yang ada di depan ruang tamu.”

Ketika Bu’Lik membukakan pintu kamar untuknya, terlihat kamar kecil yang sederhana. Hanya ada satu kasur, lemari baju, dan meja kayu kecil.

“Maaf ya, Nduk. Kamarnya kecil. Mungkin malah lebih besar di rumahmu. Semoga kamu kerasan nginep di sini,” ujar Bu’Lik, tersenyum simpul.

“Enggak masalah kok, Bu’Lik. Kamar ini kelihatannya nyaman untuk ditempati. Apalagi ada pemandangan rindang di sekitar rumah. Saya harusnya bisa kerasan di sini,” pungkas Samara, tak ingin membuat Bu’Liknya berkecil hati.

“Bu’Lik cuma bisa bilang; matur nuwon sanget, nggih, cah ayu,” [1] tuturnya seraya mengusap lembut bahunya.

Usai dipersilahkan masuk, Samara menarik kopernya ke kamar. Lalu ia bertanya, “Bu’Lik jadi perginya kapan?”

“Besok pertemuannya, Nduk. Titip Cindra, yo,” ujar Lik Brata.

Samara tak ingin ikut campur dengan siapa dan apa pertemuan tersebut. Selanjutnya ia mengatakan, “Saya pasti bakal jaga Cindra dengan baik di sini. Bu’Lik jangan khawatir.”

Setelah Lik Brata memberinya ruang privasi, pintu kamar ditutup. Samara mulai membereskan baju dari kopernya ke lemari.

***

Sabtu paginya, Lik Brata bersiap berangkat ke pertemuan di kota. Usai melambaikan tangan di pintu depan, Samara kembali menemui sepupu kecilnya.

Ia mulai berkenalan dengan Cindra yang berbeda enam belas tahun dengannya. Awalnya masih terasa canggung karena anak itu tetap tak membuka diri padanya. Hanya diam bermain di pojokkan ruang tamu dengan boneka kesayangannya.

Dengan percaya dirinya, Samara menawarkan, “Kamu mau dibuatkan sarapan apa?”

Padahal ia jarang sekali menyentuh perkakas dapur. Paling hanya bisa membuat ceplok telur atau puding manis.

“Cindra—” ia membungkuk, berusaha mendekatinya. Tapi anak itu masih terdiam, sekedar meliriknya malu-malu.

“Biasanya Ibu kamu buatin sarapan apa? Atau mau minum teh manis dulu? Itu minuman favorit aku tiap pagi,” tutur Samara, mencoba terdengar seramah mungkin. Ia sadar betul; sikapnya berbanding terbalik dengan watak aslinya yang terbilang cuek. Ia tetap berusaha untuk membuat anak itu nyaman dengan keberadaannya di sini.

Ketika sudah benar-benar tak diacuhkan, akhirnya ia melipir saja ke dapur. Ia melihat-lihat ada stok bahan makanan apa saja di sana.

Lihat selengkapnya