Karir Mahindra dimulai saat dia lulus kuliah dengan nilai memuaskan. Sempat kesulitan mencari pekerjaan, namun dia tetap berusaha untuk mendapatkannya. Dimulai dengan bekerja di kantor kecil milik pribadi, lalu berpindah ke kantor lain yang menawarkan gaji lebih besar, sampai akhirnya dia mendapatkan posisi seperti sekarang di sebuah perusahaan ternama.
Setiap kali berpindah kerja, Mahindra tak mau menyia-nyiakan waktunya. Dia selalu mempelajari cara perusahaan itu berjalan dan bertahan di tengah persaingan. Dia juga memperdalam keahliannya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan serta kursus singkat dan akhirnya memutuskan untuk mengambil program magister.
Dengan kemampuan dan gelar yang dimilikinya tentu saja dia tak kesulitan untuk direkrut oleh perusahaan besar dan bonafid. Sayangnya kesuksesan karir dan pendidikannya tak berbanding lurus dengan kesuksesan hubungan percintaannya. Selalu putus pada saat.wanitanya meminta hubungan mereka diresmikan.
"Kamu ini kenapa sih, Ndra? Selalu kayak gini. Gue nggak ngerti jalan pikiran lo!" omel Mira, teman sekantornya yang juga teman masa kecilnya.
"Apa sih, Mir? Marah-marah melulu. Easy, easy..." kata Mahindra santai.
"Ya Tuhan, lo masih bisa santai kayak gini! Lo gak tau gimana sedihnya Nora sekarang. Dia gak paham apa salah dia sampai elo putusin dia!" oceh Mira lagi.
"Simpel aja. Hati gue mengatakan dia bukan jodoh gue," jawab Mahindra datar.
"Selalu itu jawaban elo! Gue gak tau elo itu naif atau bego! Cari alasan yang lain yang masuk akal, Ndra!"
"Ya emang itu alasan gue. Gue gak punya alasan lain."
"Gue marah sama lo, Ndra. Lo utang penjelasan yang masuk akal sama gue!" tegas Mira lalu meninggalkan Mahindra sendiri yang memandang Mira pergi tanpa beban.
Wajar saja jika Mira marah. Nora adalah teman dekat Mira. Dia juga yang menjodohkan Nora dan wanita-wanita lain sebelum Nora dengan Mahindra. Sejak awal Nora memang suka pada Mahindra. Tak sulit bagi Mira meminta Mahindra untuk memacari Nora.