Indah berusaha berpikiran positif. Bisa saja mood Wida sedang buruk dan ia memang sering memperlakukan buruk Indah ketika sibuk akan pekerjaan. Ya, wanita itu juga kadang kala kecewa namun kali ini dia lebih kesal, seperti tak terima dengan perlakuan kekasihnya.
Esok pagi menjelang. Indah menunggu Wida meminta maaf karena biasanya dia akan sadar jika semalam berbuat salah. Kali ini dia tak mengeluarkan sepatah kata pun yang membuat Indah makin kesal. "Kau kenapa?" tanya Indah saat mereka tengah sarapan.
"Aku baik-baik saja," jawab Wida datar.
"Serius tidak ada masalah?" tanya Indah sekali lagi. Jujur dibanding rasa kecewanya sekarang, ia lebih penasaran dengan apa yang membuat pria itu kesal.
"Kalau aku bilang tidak, ya tidak! Jangan buat moodku kesal hari ini." Indah dibentak sekali lagi dan makin membuat Indah merasa buruk.
"Aku cuma mau membantu saja, aku tak mau kau lelah dengan pekerjaanmu." kata Indah menjelaskan. Kesedihan lebih dirasakan oleh wanita itu sayangnya sikap Wida acuh tak acuh.
"Aku pergi dulu ya, kamu tak boleh keluar rumah! Nanti aku pulang lebih awal." Indah mengangguk tanpa memberikan ekspresi apapun dan Wida kemudian pergi meninggalkannya sendirian.
Sepanjang pagi itu Indah terus menggerutu. Wida membuatnya emosi dan ditambah ia tak meminta maaf seperti yang sudah-sudah. Ada pun mengingatnya Indah menangis tak karuan, mengatai pacarnya adalah seorang yang kejam.
Saat pekerjaan rumah selesai, Indah cuma bisa sesegugukan menonton TV. Acara komedi kesukaannya tak bisa juga menghibur bahkan makin membuat sedih. Telepon rumah mendadak berdering.
Indah sontak menghapus air mata dan mengangkat teleponnya dengan suara parau. "Halo."
"Halo, Indah?" Suara itu sukses membuat Indah diam. Sesegukannya menghilang saat itu juga.
"Juli ya?" Indah balik bertanya.
"Kenapa heran begitu?"
"Kenapa kau bisa tahu nomor telepon rumahku?"
"Loh bukannya kamu yang memberikannya saat mau pergi." Aduh Indah terlalu fokus terhadap Wida sehingga melupakan teman baik yang ia temui kemarin.
"Maaf, aku sedang sibuk. Ada apa kau menelepon?"
"Aku ingin bertemu denganmu. Bisa tidak kita ketemu di suatu tempat?" ajak Juli dari balik telepon.
"Wah maaf pacarku tidak mengizinkanku untuk keluar rumah hari ini."
"Pacarmu? Oh lagi-lagi kau mengatakan sesuatu yang salah. Indah, pacarmu itu tak berhak mengatur hidupmu!" Bisa terdengar nada kekesalan dari Juli dan karena perkataan temannya Indah jadi terpikir sesuatu. "Kalau kau tak bisa berbicara langsung, biar aku saja yang mengatakan padanya."
Indah lalu menyahut, "Eh tidak usah makasih atas nasehatnya, malam ini aku akan bicara lagi dengannya."