Wanita Pendamba Surga

Bentang Pustaka
Chapter #1

PROLOG JIKA AKU HANYA SEBUAH CERITA

Aku tidak pernah tahu, pada ingatan yang selalu kuasah, pilihannya hanya dua: berakhir atau menunggu? Pada lipatan waktu, semua terasa menggebu. Tak ada yang tak mungkin untuk keduanya. Aku tahu, kamu tak pernah memulai cerita dari sebuah sinopsis. Karena lewat sorot mata, kamu bisa membaca semua tentang aku.

Entah di mana, entah mau dibawa ke mana, aku ikut saja. Semua indraku terlihat kompak menunggu antrean panjang sebuah penantian. Entah berujung, entah menggantung, atau pada akhirnya aku harus merelakan hati ini merangkak kepayahan dalam kenangan. Aku asyik mencumbui pertemuan meski setelahnya berat menghadapi perpisahan .…

Dalam setiap cerita tentang cinta yang kamu tulis, aku hanya menjadi salah satu tokoh. Tak punya daya sama sekali untuk mengubah jalan cerita, bahkan sekadar mengacak paragraf dan tanda baca. Tugasku hanya menjalani setiap detail cerita yang kamu tuliskan.

Kamu menuliskan cerita berjudul “Aku Kehabisan Kata-Kata”. Sebuah cerita tentang cinta dan luka. Cerita tentang kita. Lalu, bagaimana aku bisa bertahan menjadi bagian kisah sepedih itu? Pertemuan demi pertemuan hanya menyisakan perpisahan. Dan, harapan hanya melahirkan kenangan. Tidakkah Tuhan tengah menguji kita? Bukankah Dia ingin tahu sejauh mana keteguhan hati kita?

Dalam cerita itu, aku harus menerima takdir dengan dada yang lapang kemudian berlari menjauh, tanpa berhenti, tanpa menengok ke belakang. Ah, Sayang … seandainya aku hanya sebuah cerita, mustahil kau menutup kisah ini tanpa rasa perih.

Lihat selengkapnya