Gaun pengantin dengan motif bunga disertai permata yang berkilauan membuat kecantikan seorang wanita cantik kian menawan. Ia berjalan anggun dengan senyuman yang terus mengembang, ditambah terpaan cahaya bulan yang menerebos jendela besar di sana, semakin membuat wanita itu tampak sempurna. Netranya sama sekali tak teralihkan dari sosok pria jangkung yang berdiri di altar pernikahan tepat di hadapannya.
Pun dengan pria berbalut jas hitam pekat yang setia menunggu kedatangan sang mempelai wanita. Matanya yang tajam terus menatap lekat wanita yang tengah berjalan ke arahnya, seolah ia sudah tidak sabar untuk mengucapkan janji pernikahan bersama.
Tak begitu banyak tamu yang datang, hanya sebagian keluarga pria dan dua orang teman mempelai wanita. Namun, tetap saja, penjagaan untuk kelancaran pernikahan tersebut sangatlah ketat. Begitu banyak pengawal di setiap sisi bangunan gereja tersebut, seolah pernikahan mereka memang sangat rahasia.
Pijakan kaki mempelai wanita kini sudah sampai di atas altar pernikahan, tangan sang pria langsung terulur menyambut calon istrinya. Senyuman keduanya merekah semakin lebar.
Pendeta mulai mengarahkan calon pasutri itu untuk saling berhadapan. Mereka akan memulai upacara pemberkatan yang berisi beberapa pertanyaan dari masing-masing mempelai.
Pertanyaan tersebut bermaksud untuk mengetahui kesungguhan dari hati keduanya, yang kemudian dijawab dengan sangat yakin secara simbolis dan bergantian. Pemberkatan tersebut
akan menjadi prosesi pernikahan yang menyatukan kedua mempelai.
Sesaat sebelum pertanyaan terakhir yang akan dilontarkan sang mempelai wanita, tiba-tiba panggilan keras dari seseorang malah menghentikannya. Ia datang dengan berlari seolah sedang terburu-buru.
"Marry!"
Sontak semua orang yang ada di sana menoleh ke belakang, mereka mendapati wanita paruh baya yang terengah-engah dengan seorang bayi di gendongannya. Ia menatap lekat pada mempelai wanita di depan sana.
"Marry, an—"
Seketika dua orang berbadan kekar dengan setelan jas yang dilengkapi kacamata hitam juga walky talky di sakunya datang mencekal kedua lengan wanita itu.
"Maaf, Big Boss. Kami sudah mencegahnya masuk, tapi dia tetap memaksa dan berhasil menerobos," adu salah satu bodyguard di sisi kiri.
Seseorang yang dipanggil 'Tuan' alias sang mempelai pria pun memicingkan mata. Sementara wanita di sampingnya malah menggigit bibir bawah dengan rasa takut. Kegelisahan mulai tampak di wajah cantiknya. Deru napas wanita itu juga memburu hebat.
"Lepaskan dia." Pria berjenggot tipis itu mulai memerintah dengan suara berat.