“Kamu sakit, sebaiknya kamu jangan memaksakan diri. Kalau ibuku membuatmu sedih, nanti kita pindah rumah secepatnya.”
Aku tahu, kamu begitu perhatian sama aku. Tetapi, aku sedang parah dan sering kejang. Uang yang kita tabung, tidak bisa untuk pergi berobat atau pindah. Ucap Alia dari dalam hati. Wanita itu terpasang oksigen, karena setiap kejang-kejang, dia selalu susah mendapatkan udara yang masuk ke hidung untuk bernapas. Alia mengidap Epilepsi sejak lahir, dia menikah dengan Fendi, sejak usianya menginjak 25 tahun. Namun, pernikahannya seperti disapu badai yang begitu dahsyat.
“Mas ... Aku ... sudah ... ada ... uang ..., kamu ... simpan ... uangmu .... Aku tidak ... mau ... ibumu ... memfitnah ... aku,” ucap Alia. Wanita yang tidur di kasur dengan slang infus dan oksigen, hanya bisa bertahan hidup dengan keadaannya yang tidak bisa bergerak bebas. dia sudah tidak mampu untuk duduk dan berjalan sendiri. Di usia yang ke 30, Alia didiagnosis mengalami folio yang menyebabkan kakinya lemas dan tidak seperti wanita yang sehat. Di saat Alia sedang butuh pertolongan, suaminya sering membantu dia ketika makan. Bahkan sering membopong ke kamar mandi ataupun meja makan. Fendi adalah lelaki yang perhatian dan selalu optimis.
“Ini, dimakan lagi buburnya. Biar kamu sehat,” ucap Fendi. dia kemudian mengambil termometer dan mengecek di kepala. “Suhumu tinggi, 78 derajat Celcius. Kamu mengapa tidak bilang kalau panasmu naik.”
Alia, aku ingin kamu jujur. Biarkan aku ikut susah, sebagai suami aku tidak mau hanya menjadi benalu saja. Ucap Fendi, dia kemudian berdiri dan bergegas bangkit, kemudian dia mencari di laci. Saat dia sampai di laci, Fendi menggerakkan tangannya dengan cepat. Mencari kompres yang sudah dia beli, lelaki yang mencari pendingin suhu tubuh ini kemudian melacak laci satu per satu. Ferdi sangat teliti, dia juga tidak bisa melihat Alia sakit terusmenerus karena Alia adalah sosok wanita yang sudah membuatnya banyak bicara dan tertawa.
“Mas ... meski kamu perhatian ... tolong jangan kualat sama ibu ... meskipun dia ibumu, tetapi dia juga sudah kuanggap ibu kandungku sendiri.”
Alia mulai mengoceh, karena panas yang tinggi. Dia jadi seperti anak kecil dan berkata yang tidak perlu, Fendi yang sudah dapat kompres berlari ke arah sang istri. Istrinya yang berwajah pucat, membuat Fendi meneteskan air mata. Bagaimana tidak, selama masih bisa tersenyum. Alia selalu menjadi penyemangat dikala Fendi mengalami krisis ekonomi. Alia yang selalu menata keuangan suaminya, demi menghemat. Sekarang tugas Fendi, menjaga Alia saat sedang sakit dan tidak bisa bergerak. Bagi dia, tugas suami istri itu harus diatur supaya seimbang.
Alia yang melihat dengan ke dua matanya, hanya bisa bertanya. Apakah dia pantas mendapat suami yang baik hati. Sementara, ke dua orang tua Fendi menentang pernikahan Ali karena tidak mau menerima tunangan yang memiliki penyakit.