Wanita Yang Dirindukan Surga

HANA PUSPARINI
Chapter #3

Doaku Untuk Mas Fendi

Sebagai seorang istri yang berbakti ke pada suami, Alia tidak pernah meninggalkan sholat. Setiap hari ia sholat lima waktu untuk mendoakan Fendi supaya diberikan rejeki yang lancar dan kesehatan. Alia tidak mau melihat suaminya sakit, biarlah dirinya yang sakit dari pada Fendi. Jika dia yang sakit, ibu mertua juga tidak akan memarahi Alia. 

Alia tahu kalau sang suami sring pulang malam, karena pekerjaan yang banyak. Ia juga biasa sering berdoa di sepertiga malam, supaya sang suami dipermudahkan urusannya ketika sedang bekerja.

Saat ini, Alia selesai sholat Isya. Ia melepas mukena dan bersiap-siap untuk mencari pekerjaan. Demi membuktikan ke mertuanya, bahwa ia adalah wanita yang mandiri dan tidak pernah mengeluh.

“Alia, kamu sudah selesai sholat?” tanya sahabatnya yang habis mandi. Alia kemudian berdiri dengan menggunakan alat bantu jalan, sahabatnya kemudian menolong Alia saat berdiri.

“Aku sudah selesai sholat. Aku ingin suamiku dalam keadaan sehat dan lancar rejekinya.”

“Kamu memang istri yang sangat taat pada suami, meski pun mertuamu jahat. Kamu tidak ingin mertua dan suamimu saling bertengkar.”

“Sebenarnya aku tidak mau pergi dari rumah tanpa izin suami, namun aku melakukan ini karena terpaksa. Aku takut mertuaku malah membuat cerita yang mengada-ada.”

“Aku pergi dulu, ada acara di luar kota. Kalau kamu mau makan, di rumah ada lauk dan nasi.”

Ranti kemudian pergi setelah pamit dengan Alia, wanita yang tinggal di rumah Ranti kemudian mengantar sahabatnya. Alia kemudian mengantarnya sampai di ruang teras, ia yang memakai alat untuk berjalan masuk. Alia kemudian mencari beberapa kerjaan yang cocok untuk dirinya. Dia mulai mendaftar lamaran kerja yang terdapat karyawati difable. Saat mengetik, ponsel Alia berdering. Ia yang mengetik dan mengisi daftar formular lamaran kerja kemudian berhenti.

“Halo, mas. Ini Alia, mas sudah makan?” tanya Alia yang duduk di ruang tamu milik temannya. Fendi yang mendengar suara istrinya kemudian meneteskan air mata, ia merasa sunyi tidak ada Alia di sisinya.

“Alia, bagaimana kabarmu. Mas tahu kamu tidak ada di rumah.”

“Maafkan aku mas, aku pergi tanpa izin kamu. Aku sudah tidak betah lagi tinggal bersama ibumu.”

Lihat selengkapnya