Wanitaku

Muhammad Fathan NP
Chapter #4

Menerka-nerka

Kau kembali, aku pun menerka-nerka. Apa yang tersirat dan terselubung di kehadiranmu ini. Hanya butuh, atau memang benar menginginkanku. Aku menerka-nerka dengan perasaanku sendiri. Aku bahagia, sungguh aku sangat bahagia. Tapi sikapmu menunjukkan jika kau hanya butuh, bukan untuk menetap lagi. Kau hanya ingin singgah kemudian pergi lagi. Apa aku harus berpura-pura bahagia dengan kehadiranmu? Berpura-pura dengan dirimu yang baru. Jiwa mu memang telah kembali, tapi aku merasa asing. Kau bukan yang dulu lagi, kau asing bagiku. Wanitaku yang dulu berhijab, sekarang sudah melepaskan hijab dikepalanya. Yang dulunya tidak biasa merokok, sekarang dengan bangganya menghisap rokok di tempat umum. Sungguh kau sangat asing bagiku. Saking gilanya aku terus membiarkan diriku berupura-pura bahagia, aku tetap diam dan berusaha tersenyum. Tapi sungguh, sentuhannya sudah beda, dulu amat hangat penuh cinta, sekarang getir yang ku rasa.

Berat hati merelakan kau yang sekarang, ingin selaras berlayar ke arah yang sama. Kini malam berkabut dan aku benci temaram, badai tak kunjung berlalu atau aku yang terlalu banyak menuntut dan terlarut. Entah kemana perahumu pergi, kita melaju kearah yang sama, tapi mungkin di terpa angin yang berbeda. Hingga kini kau sudah menepi dan aku terombang ambing dalam lautan khayal yang fana. Senja hari ini bukan tentang rindu, tapi mungkin tentang benar-benar melepaskan. Matahari yang biasa orange merekah, hari ini gelap menyelubung. Yang biasanya fana merah jambu, hari ini ilusi tinggal debu.

Bila ada kesempatan untuk kembali, aku ingin kembali dimana aku bisa melihat senyummu yang merekah di balik gerimis sore itu. Tak langsung beranjak dari kursi teras rumahmu, kau malah mengeluh tentang gerimis yang semakin deras. Aku tertegun, kau mulai beranjak masuk seraya mengajakku duduk di ruang tamu mu. Walaupun hanya begitu, aku merasa telah berpisah dengan seseorang yang kukenal berabada-abad silam. Saat itulah alu tau apa mau hatiku. Kamulah orang nya.

Dulu, kita adalah sepasamg pemohonan yang tidak pernah selesai dihadapan doa. Kemarilah sebentar, biar ku beritahu sesuatu,biar esok mendung, kau tetap dingin yang ku ingin.

Lihat selengkapnya