Wanitaku

Muhammad Fathan NP
Chapter #7

Selamat tanggal 30

Selamat tanggal 30 wanitaku. Tanggal pertama kali aku menyatakan cinta ke kamu. Kala itu remaja ini yang awam tentang cinta menetapkan hatinya kepada mu, gadis remaja yang anggun, memiliki lekuk wajah yang sangat aku suka, rambut lurus hitam yang terurai panjang, dan senyuman yang sedikit terpaksa ketika sedang berfoto. Aku menyukai itu, senyuman mu dulu,ketika aku melihat foto mu, aku jatuh cinta dengan keluguanmu. Jujur, dulu kau tak nampak cantik difotomu, banyak orang berkata begitu. Tapi aku jatuh cinta padamu karena hal itu, gadis remaja yang masih duduk di bangku SMP yang telah memikat hati seorang remaja yang sudah duduk di bangku SMA. Dulu kau adik kelasku, sekaligus adalah kekasihku.

Banyak lalu lalang rintangan hubungan ini yang telah kita lalui bersama, bukan hal rahasia lagi ketika kita sama-sama saling menyakiti. Aku menikammu, kau pun pernah menusukku. Jika di ingat-ingat, sangat mustahil bagi kita akan bisa selama ini menjalin kisah. Aku sempat menjatuhkan hati kepada wanita lain, dan kau pun sempat menempatkan pelabuhan mu kepada laki-laki lain. Sampai akhirnya aku lah dermaga tempat terakhirmu berlabuh, dan kau lah kapal yang sedang aku tunggu.

Benar memang adanya di awal chapter novel ini, kau kembali berlayar. Meski akhirnya kau kembali kepelabuhan ku, tapi kapal yang kau bawa terasa asing bagiku. Kau berbeda, kau tak sama. Kadang kau ingin menepi, kadang juga kau menarik jangkarmu dan kemudian ingin pergi lagi. Entahlah, kau memang nahkoda nya, tapi aku harap tetap aku lah pelabuhanmu itu.

Aku menulis ini, di malam ini, dengan perasaan getir dan sangat kebingungan. Aku berusaha meyakinkan hati, “ayolah, kau harus berbahagia, bukannya yang kau pinta adalah dia kembali kan? Tanpa meminta dia kembali dengan semula, seperti dulu. Kau hanya meminta dalam doa mu kembalikan dia, kau tidak meminta kembalikan dia dalam keadaan seperti dulu.

Memang benar kata orang, ketika dalam sujudmu kau meminta hal sederhana, maka yang kau dapat sedemikian. Aku tidak tahu, apakah aku yang salah dalam sujudku, atau aku yang tidak bisa merasa cukup dan bersyukur.

Lihat selengkapnya