Malam itu setelah kita bersantap di warung sate di pinggir jalan, kamu bilang ke saya :
“Nanti aja pulangnya, masih sore. Kita muter-muter dulu”.
Saat itu saya tidak bisa berkata apa-apa selain menuruti kemauanmu.
Di sepanjang perjalanan kita tidak banyak berbicara, kamu lebih memilih untuk bersandar di pundak ku dan menikmati angin malam.
Sesekali kamu bilang “pelan-pelan aja”, disaat saya mempercepat laju motor.
Saat itu saya pikir kamu akan selalu jadi seseorang yang menghuni jok belakang motor saya kemana pun. Yang saya tahu, kamu itu gampang ngambek, childish, tapi saat saya sama kamu, saya tidak pernah menjadi orang lain.
Malam itu terasa lebih hening.