Terlantun sebuah irama lagu yang merdu dari penyanyi cafe di sebuah pusat kota malam itu. Mendengarkan dengan seksama, ada lirih yang tercipta.
Tiba-tiba kamu bilang : kopi hitammu butuh secangkir air putih untuk meredakan rasa pahitnya.
Saya jawab : saya tidak butuh itu, karena rasa pahit akan terasa lebih baik ketimbang rasa hambar.
Kamu paham maksudnya? Jelas-jelas tidak diinginkan itu selalu lebih melegakan, ketimbang terus-terusan dibuat seolah ia menginginkanmu, padahal tidak. Seolah ia menyayangimu, padahal keliru.
Kepahitan yang membuat nalarnya hidup, yang membuat dirimu semakin cerdas dalam menentukan kebahagiaanmu akan selalu lebih unggul dibanding rasa manis yang membuatmu lupa akan mencintai diri sendiri, akan selalu lebih unggul dibanding rasa hambar yang membuat dirimu merasa terbengkalai.
Sekiranya, sebuah rasa pahit dari kopi akan memberi banyak pelajaran. Bahwa pahit tak selalu lebih buruk, dan manis tak selalu lebih baik. Sedangkan hambar, ia hanya berlaku bagi manusia-manusia yang perasaannya terlantar.